Berita

Kanada/Net

Dunia

Kanada Mengenang Anak Pribumi Yang Hilang: 150 Ribu Bocah Indian-Inuit Dan Metis Diambil Paksa Dan Dimasukan Asrama Untuk Dilecehkan

SENIN, 31 MEI 2021 | 14:04 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kanada mengibarkan bendera setengah tiang untuk memperingati penemuan 215 jenazah anak yang ditemukan di lahan bekas sekolah Kamloops Indian Residential School yang didirikan lebih dari seabad yang lalu, pada Minggu (30/5) waktu setempat.

Perintah pengibaran bendera setengah tiang diumumkan oleh Perdana Menteri Justin Trudeau di akun Twitternya.

"Untuk menghormati 215 anak yang nyawanya diambil di bekas sekolah asrama Kamloops dan semua anak Pribumi yang tidak pernah pulang, yang selamat, dan keluarga mereka, saya telah meminta bendera Menara Perdamaian (di Ottawa) dan semua bendera federal gedung dikibarkan setengah tiang," kata Trudeau di Twitter, seperti dikutip dari AFP, Senin (31/5).

Beberapa kota, termasuk kota metropolitan ekonomi Toronto, mengumumkan bahwa mereka juga akan menurunkan benderanya.

Penemuan sisa-sisa anak-anak itu pada Kamis (27/5), memicu emosi yang kuat di seluruh Kanada, terutama di komunitas pribumi.

CNN melaporkan pada Sabtu (29/5), kuburan massal berisi sisa-sisa 215 anak Pribumi telah ditemukan di lahan bekas sekolah asrama di pedalaman British Columbia selatan. Tk'emlups te Secwépemc, badan perlindungan yang memiliki misi memastikan kesejahteraan fisik, mental, emosional dan spiritual orang-orang Indian,  telah mengkonfirmasi anak-anak itu adalah siswa Kamloops Indian Residential School.  

"Seorang spesialis menggunakan radar penembus tanah untuk mengkonfirmasi sisa-sisa siswa yang bersekolah di dekat Kamloops, British Columbia," kata Tk'emlups te Secwepemc dalam sebuah pernyataan Kamis malam.

Kamloops Indian Residential School adalah yang terbesar dari 139 sekolah berasrama yang didirikan pada akhir abad ke-19, dengan hingga 500 siswa terdaftar dan hadir pada satu waktu.

Itu dioperasikan oleh gereja Katolik atas nama pemerintah Kanada dari tahun 1890 hingga 1969.

Sekitar 150.000 anak muda Indian, Inuit dan Metis, secara total didaftarkan secara paksa di sekolah-sekolah ini, di mana para siswanya dilecehkan secara fisik dan seksual oleh kepala sekolah dan guru yang melucuti budaya dan bahasa mereka.

Saat ini pengalaman tersebut disalahkan atas tingginya angka kemiskinan, alkoholisme dan kekerasan dalam rumah tangga, serta tingginya angka bunuh diri, di komunitas mereka.

"Saya telah mengatakan sebelumnya bahwa sekolah asrama adalah genosida rakyat kami. Ini hanya contoh nyata dari genosida dalam praktiknya: kematian anak-anak yang tidak berdokumen," kata ketua nasional Majelis Bangsa-Bangsa Pertama, Perry Bellegarde, kepada saluran berita CTV, Minggu (30/5).

Bellegarde mencatat masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi jenazah, menemukan keluarga mereka, dan memeriksa lokasi sekolah tempat tinggal lainnya.

"Pemerintah federal memang memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa sumber daya ini tersedia untuk mendapatkan jawabannya," katanya.

Upacara untuk menghormati para korban muda terjadi atau akan berlangsung di seluruh negeri. Sekitar 100 orang berkumpul hari Minggu di komunitas Mohawk di Kahnawake, dekat Montreal.

Para peserta meletakkan sepatu dan mainan anak-anak di tangga gereja Saint Francis Xavier sebagai penghormatan kepada para korban.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya