Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

HRW: Perusahaan Energi Harus Ikuti Chevron Dan Total, Tangguhkan Pembayaran Untuk Junta Myanmar

MINGGU, 30 MEI 2021 | 13:00 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Negara-negara dan perusahaan-perusahaan di dunia perlu melakukan upaya untuk menekan junta militer Myanmar, seperti yang telah dilakukan oleh Chevron dan Total SA.

Dua perusahaan energi tersebut diketahui telah menangguhkan pembayaran proyek pipa gas di Myanmar pada 26 Mei sebagai tanggapan atas kudeta dan kekerasan yang dilakukan oleh militer terhadap pengunjuk rasa.

Human Rights Watch (HRW) mengatakan, pemerintah dan semua perusahaan energi yang beroperasi di Myanmar harus mempertimbangkan hal serupa. Lantaran sumber pendanaan terbesar bagi militer merupakan gas alam, termasuk 1 miliar dolar AS dari bea masuk, pajak, royalti, biaya, tarif, dan keuntungan lainnya.

“Keputusan Chevron dan Total baru-baru ini merupakan langkah ke arah yang benar, tetapi itu mempengaruhi kurang dari 5 persen pendapatan gas alam yang diterima junta Myanmar,” ujar direktur HRW Asia John Sifton, seperti dimuat Eurasia Review pada Minggu (30/5).

“Untuk mendapatkan dampak nyata, pemerintah dan perusahaan perlu melangkah lebih jauh untuk menghentikan junta menerima dana atau mengakses rekening bank yang menerima pembayaran," tambahnya.

Keputusan yang diumumkan oleh Total dan Chevron hanya menyangkut 15 persen dividen yang dibayarkan oleh perusahaan pipa, Perusahaan Transportasi Gas Moattama.

Total dan Chevron bersama-sama adalah pemilik mayoritas di Moattama, dengan masing-masing 31,2 persen dan 28,3 persen dari proyek tersebut.

Perusahaan tersebut dikendalikan militer Myanmar Oil and Gas Enterprise (MOGE), memiliki 15 persen, dan perusahaan gas milik negara Thailand PTT memiliki 25,5 persen.

Total bertindak sebagai "operator" dari kepala sumur Yadana dan infrastruktur jalur pipa Moattama. Pembayaran yang ditangguhkan adalah dividen kepada perusahaan-perusahaan ini berdasarkan bagian kepemilikan mereka.

Menurut catatan keuangan Moattama, perusahaan membayar MOGE sekitar 38 juta dolar AS pada 2018 dan sekitar 52 juta dolar AS pada 2019, sesuai dengan pelaporan EITI.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Helikopter Rombongan Presiden Iran Jatuh

Senin, 20 Mei 2024 | 00:06

Tak Dapat Dukungan Kiai, Ketua MUI Salatiga Mundur dari Penjaringan Pilwalkot PDIP

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:47

Hanya Raih 27 Persen Suara, Prabowo-Gibran Tak Kalah KO di Aceh

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:25

Bangun Digital Entrepreneurship Butuh Pengetahuan, Strategi, dan Konsistensi

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:07

Khairunnisa: Akbar Tandjung Guru Aktivis Semua Angkatan

Minggu, 19 Mei 2024 | 22:56

MUI Jakarta Kecam Pencatutan Nama Ulama demi Kepentingan Bisnis

Minggu, 19 Mei 2024 | 22:42

Jelang Idul Adha, Waspadai Penyakit Menular Hewan Ternak

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:57

KPU KBB Berharap Dana Hibah Pilkada Segera Cair

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:39

Amanah Ajak Anak Muda Aceh Kembangkan Kreasi Teknologi

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:33

Sudirman Said Maju Pilkada Jakarta, Ini Respons Anies

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:17

Selengkapnya