Berita

Presiden Amerika Serikat Joe Biden/Net

Dunia

Soal Isu Palestina, AS Perlu Revisi Kebijakan Luar Negerinya Yang Sudah Usang

SELASA, 18 MEI 2021 | 10:18 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Sudah waktunya Amerika Serikat (AS) mengubah kebijakan luar negeri mereka, khususnya dalam memandang isu Palestina dan Israel.

Tiga pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) pekan lalu yang tidak membuahkan hasil merupakan bukti perlunya revisi kebijakan dilakukan oleh Washington.

DK PBB telah menggelar sesi pertemuan darurat tertutup pada 10 dan 12 Mei, serta sesi pertemuan darurat terbuka pada 16 Mei untuk membahas serangan Israel ke Palestina.

Dari tiga pertemuan tersebut, semua anggota dewan, kecuali AS, menyetujui pernyataan bersama untuk menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun veto diberikan Paman Sam.

Pemerhati hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa, mengatakan, veto yang diberikan oleh AS memang bukan tanpa alasan.

"Mereka harus tetap mendukung Israel. Terlebih bagi (Presiden Joe) Biden," ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (18/5).

"Saya masih ingat, bulan Juni 2008, menjelang Pilpres 2008, (mantan Presiden Barack) Obama mengatakan, dirinya akan mendukung dan membela Israel," tambahnya, merujuk pada jabatan Biden sebagai wakil presiden Obama.

Alasan lainnya adalah, pertemuan DK PBB tersebut diinisiasi dan dipimpin oleh China yang tengah memegang presidensi.

Menurut Teguh, inisiasi tersebut memperlihatkan superioritas kebijakan luar negeri China, di tengah perselisihan pengaruh dengan AS. Di samping itu, AS juga masih terjebak pada peta konvensional yang bahkan sudah usang.

Jika dibandingkan, ia melanjutkan, sekutu-sekutu dan lawan-lawan AS bersatu untuk membela Palestina yang menjadi korban dalam kasus serangan Israel ke Gaza yang terjadi saat ini.

Dalam pandangan Teguh, AS perlu merevisi kebijakan luar negerinya terhadap isu Palestina apabila ingin menyelamatkan posisinya di percaturan politik dunia.

"Sudah saatnya, AS merevisi kebijakan luar negeri mereka dalam isu pendudukan Palestina oleh Israel, menjadi lebih bernuansa kemanusiaan," jelas mahasiswa program doktoral hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) ini.

Selain itu, ia mengatakan, semua pihak perlu kembali ke semangat Resolusi 181 PBB tahun 1947 mengenai pembagian wilayah Palestina dan Israel, terlepas dari ketidakpuasan mereka.

Setelah November 1947, Israel menjadi pihak yang paling sering melakukan pelanggaran dan diperingatkan PBB, serta selalu mengabaikan peringatan-peringatan tersebut.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya