Aksi protes di Kolombia/Net
Kolombia memasuki minggu kedua kerusuhan. Setidaknya 37 orang telah tewas dalam protes sejauh ini menurut catatan Temblores, sebuah LSM lokal yang memantau kekerasan polisi, dan 89 orang dilaporkan hilang sejak protes dimulai pada 28 April 2021.
Jumlah itu mungkin saja bertambah, terutama karena protes masih terus berlansung dengan polisi anti huru hara yang menghalau pendemo dengan kekerasan.
Protes terjadi di tengah situasi Covid yang mengkhawatirkan di negara itu. Kematian karena Covid-19 kini diperparah dengan robohnya para pengunjuk rasa.
MarÃa José López, seorang mahasiswa, berlindung dari tembakan gas air mata di bawah tenda di dekatnya saat satu peleton polisi anti huru hara lewat.
"Saya di sini karena negara saya sedang 'sakit', benar-benar tidak sehat," kata López. “Pemerintah tidak tahu bagaimana mendengarkan (rakyatnya), (kecualia) hanya mengirim pasukan.â€
Di Pereira, sebuah kota di wilayah barat penghasil kopi, penduduk melakukan doa bersama untuk Lucas Villa, seorang pengunjuk rasa muda yang sedang berjuang untuk hidupnya di unit perawatan intensif. Dia ditembak delapan kali oleh polisi setelah terlihat di antara para perusuh.
Di tempat lain, para demonstran memblokir jalan dan mengecat slogan anti-pemerintah di aspal saat orang-orang membanting panci dan wajan dari jendela apartemen mereka di atas sebagai bentuk kekesalan terhadap aparat.
Protes dimulai setelah pemerintah Kolombia mengusulkan rencana pajak yang bertujuan untuk mengumpulkan 6,7 miliar dolar AS. Dana itu untuk membayar hutang negara dan mempertahankan skema pendapatan dasar untuk tiga juta orang berpenghasilan rendah yang dimulai selama pandemi.