Pengamat pertahanan dari UIN Syarif Hidayatullah, Robi Sugara/Repro
Usia kapal yang sudah menyentuh 40 tahun tidak serta merta menjadi sebab di balik tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali beberapa waktu lalu.
Begitu dikatakan pengamat pertahanan dari UIN Syarif Hidayatullah, Robi Sugara, saat menjadi narasumber dalam serial diskusi daring "Tanya Jawab Cak Ulung: Tragedi Nanggala, Lalu Apa?", Kamis (6/5).
"Tidak melulu kapal bekas dan kapal tua menjadi penyebab kecelakaan," ujar Robi.
Robi menjelaskan, jika memang kondisi kapal tidak prima karena usia dan dipaksakan ikut dalam latihan, kecelakaan tetap bisa diantisipasi oleh TNI AL yang mengawasi di permukaan saat laut sedang tenang.
"Jadi, jika Mabes TNI memaksakan (KRI Nanggala-402 ikut latihan), ini tetap sama, saya kira dalam kondisi laut yang tenang masih bisa ditangani secara baik," katanya.
Beda halnya ketika ada gelombang arus bawah laut atau
internal solitary wave yang menarik kapal menuju dasar lautan.
"Tetapi tidak bisa dalam kondisi kapal yang prima pun, jika air lautnya disebut
internal solitary wave atau daya tarik ke bawah. Ini membuat seprima apapun kapal selam, tetap akan terjadi kecelakaan," jelasnya.
Dari penjelasannya itu, Robi menduga kuat bahwa sebab tenggelamnya KRI Nanggala-402 karena kurangnya perawatan untuk mengantisipasi terjadi gelombang laut.
"Asumsi paling mungkin antara kurangnya perawatan dan kondisi kapal yang sudah tua, ditambah dengan gelombang laut dalam kondisi tertentu itu sulit dihindari," pungkasnya.