Berita

Ilustrasi/Net

Suluh

Vaksin Nusantara, Antara Nasionalisme dan Uji Klinik

KAMIS, 15 APRIL 2021 | 23:41 WIB | OLEH: AZAIRUS ADLU

Polemik vaksin Covid-19 di Indonesia memasuki babak baru, setelah sebelumnya ramai soal vaksin yang mengandung babi kini vaksin untuk memerangi pandemi Covid-19 memasuki problem baru.

Adalah Vaksin Nusantara yang kini menjadi buah bibir masyarakat, politikus dan kalangan ilmuwan Indonesia.

Pasalnya, vaksin yang diinisiasi oleh bekas Menteri Kesehatan Terawan ini dinilai belum layak. Masih banyak cela dan justru memiliki potensi bahaya bagi orang yang menggunakannya.

Sekiranya itulah gambaran yang dipaparkan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito.

Penny menilai, vaksin nusantara harus melalui tahapan preclinic sebelum masuk tahap uji klinik tahap I. Sepengetahuan Penny, tim vaksin nusantara justru menolak tahapan preclinic.

Meski begitu, BPOM akhirnya tetap memberikan izin uji klinik tahap I, dengan syarat memberikan laporan terhadap 3 subjek dalam proses pengembangan vaksin tersebut.

Garis besarnya, uji klinik tahap I dinilai BPOM tidak sesuai dengan harapan, karena 20 dari 28 subjek atau 71,4 persen mengalami Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).

Alhasil, BPOM tidak merestui tim vaksin Nusantara melanjutkan uji klinik tahap selanjutnya.

Meski begitu, tanpa restu BPOM, tim vaksin Nusantara ngotot melanjutkan uji tahap 2, inilah yang kini menjadi polemik.

Sebetulnya, soal vaksin Nusantara ini memang harus ekstra hati-hati, bukan berarti BPOM menjegal vaksin yang dklaim karya anak bangsa ini.
Vaksin karya anak bangsa adalah sesuatu yang sangat dinantikan, membanggakan bila memang vaksin Nusantara ini akhirnya berhasil dan mampu memutus penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Namun, tak elok juga kalau tidak melihat argumentasi yang dipaparkan BPOM.

Yang dilakukan BPOM sebenarnya sudah betul, apa yang disampaikan Penny Lukito masih dalam koridornya.

BPOM sebagai lembaga pemerintah memiliki tupoksi untuk mengawasi peredaran dan obat yang akan diberikan ke khalayak ramai.
Jadi sudah sepantasnya BPOM kritis terhadap vaksin nusantara ini, karena menyangkut keselamatan dan kesehatan rakyat Indonesia yang sampai saat ini masih berjibaku dalam pandemi Covid-19.

Seyogyanya, tim vakin Nusantara dan BPOM duduk bersama, yang kurang dibenahi, yang sudah baik dilanjutkan. Agar niatan Indonesia mandiri dalam hal vaksin Covid-19 bisa segera terlaksana.

Tidak tergantung vaksin dari luar negeri, yang notabene tidak bisa mencukupi kebutuhan vaksin nasional karena jumlah vaksin yang masih minim, pasalnya, seluruh negara berlomba-lomba mencukupi kebutuhan vaksin mereka masing-masing.

Soal vaksin Nusantara ternyata pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat (AS) dikesampingkan dahulu, karena pengembangan akhirnya kan jelas, berada di Indonesia, dan uji kliniknya dilakukan di Indonesia. Jadi memang vaksin ini disiapkan untuk kebutuhan Indonesia.

Jadi sudahi dulu ego sektoral, bekerja sama, transparan dan serius kembangkan vaksin Nusantara ini. Kalau berhasil, maka dilanjutkan, produksi massal, berikan secara cuma-cuma kepada rakyat.

Kalau gagal, tranpasaran, sampaikan yang sejujurnya, beri pemahaman kepada masyarakat, setidaknya publik akan menghargai, bahwa sudah ada niatan baik dan ikhtiar serius agar Indonesia memiliki vaksin sendiri untuk Covid-19, meski belum bisa direalisasikan.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya