Berita

Salamuddin Daeng/Net

Publika

Keuangan PGN Amblas, Bagaimana Tanggung Jawab Sinuhun Pada Rakyat?

RABU, 14 APRIL 2021 | 11:26 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

DALAM laporan keuangan 2020, Perusahaan Gas Negara (PGN) mengalami masalah keuangan yang buruk. Perusahaan dilaporkan merugi besar tanpa harapan dan jalan keluar.

Keuntungan sebelum pajak negatif atau merugi -175.36 juta dolar AS. Ini kerugian yang sangat memukul keuangan negara sekaligus. Sebab kalau perusahaan merugi maka setoran pajak perusahaan juga minim.

Setelah membayar pajak tahun 2020 senilai -40.41 juta dolar AS, kerugian perusahaan menjadi -215.77 juta dolar AS.


Jika dikalikan dengan kurs 14.500 per dolar AS, maka kerugian Perusahaan Gas Begara Tahun 2020 mencapai Rp 3,12 triliun lebih.

Tidak ada gambaran bagaimana PGN mengatasi kerugian yang akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Sementara pada bagian lain tekanan keuangan kian berat, baik karena situasi global maupun domestik.

Masalah Keuangan Kian Menumpuk

Bayangkan saja, di saat kerugian triliunan rupiah mendera PGN, di bagian lain beban keuangan perusahaan kian meningkat. Hal ini terlihat dalam gambaran laporan keuangan: Liability atau Kewajiban perusahaan meningkat dari 4,14 miliar dolar AS pada 2019, menjadi 4,58 miliar dolar AS pada 2020.

Peningkatan kewajiban yang mengkhawatirkan dis aat penurunan penerimaan perusahaan yang sangat signifikan.

Utang terhadap equity perusahaan meningkat dari 85,04% pada 2019 menjadi 104,66% pada 2020. Ini akan menjadi sumber tekanan besar di masa mendatang karena kecenderungan utang akan terus bertambah.

Adapun utang besar bersumber obligasi perusahaan meningkat menjadi 1,964,322,891 dolar AS pada 2020 atau sebesar Rp 28,48 triliun. Utang komersial yang harus dibayar mahal untuk membangun infrastruktur publik.

Sementara utang di bank dan kepada pemegang saham juga sangat besar, yakni mencapai 493,74 juta dolar AS atau senilai Rp 7,16 triliun.

Total utang atau liability perusahaan saat ini tampaknya akan menjadi beban sangat besar bagi perusahaan. Liability perusahaan mencapai 4,58 miliar dolar AS atau senilai Rp 66,39 triliun.

Kewajiban bunga atau beban keuangan mencapai 171,32 juta dolar AS atau Rp 2,5 triliun! Kewajiban bunga yang setara dengan 5 sampai dengan 6 kali total gaji seluruh karyawan PGN.

Tanpa Jalan Keluar

Revenue perusahaan menurun sangat parah, dari 3,84 miliar dolar AS menjadi 2,88 miliar dolar AS. Penurunan penerimaan senilai 1 miliar dolar AS ini adalah sumber masalah utama keuangan PGN.

Sedangkan perusahaan menolak mengakui bahwa Covid-19 berdampak pada keuangan. Manajemen mengatakan, mereka telah menilai dampak dari kejadian ini (Covid-19) terhadap kegiatan operasional grup dan meyakini bahwa tidak ada dampak negatif yang signifikan yang perlu diperhitungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang sulit untuk diprediksi saat ini.

Artinya dalam laporan keuangan tahun ini, Covid-19 bukan sebab penurunan penerimaan.

Sementara tekanan terhadap perusahaan telah datang dari regulasi dalam bentuk peraturan yang mewajibkan PGN menurunkan harga gas menjadi 6 dolar per MMBTU untuk industri dan PLN. Ini akan semakin menekan penerimaan PGN di masa mendatang.

Tekanan keuangan lain datang dari sengketa pajak seebrek yang dihadapi PGN, termasuk sengketa pajak yang menimbulkan kewajiban membayar kepada pemerintah pada 2020. Walaupun proses hukum masih berlanjut.

Sementara kewajiban untuk membangun infrastruktur semakin membesar dikarenakan berbagai keharusan yang dibebankan dalam target-target yang ingin dicapai pemerintah.

Ini semua akan diatasi dengan utang. Karena harga saham perusahaan pun sudah lama menukik ke bawah.

Apakah masih ada harapan lepas dari kebangkrutan? Wallahualam.

Salamuddin Daeng

Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya