Berita

Aksi protes menolak kudeta militer di Myanmar/Net

Dunia

Walau Dapat Tekanan, Kekerasan Junta Militer Myanmar Kian Brutal Hingga 510 Orang Tewas

SELASA, 30 MARET 2021 | 16:48 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Korban tewas oleh kekerasan petugas keamanan Myanmar terus berjatuhan, meski tekanan terhadap junta militer berdatangan dari komunitas internasional.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada Selasa (30/3) mengonfirmasi sudah ada 510 warga sipil yang meninggal dunia sejak kudeta militer pada 1 Februari, seperti dikutip dari laporan AFP.

Tingginya korban kekerasan aparat keamanan membuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak pemerintah Myanmar untuk melakukan transisi demokrasi.

"Benar-benar tidak ada diterima melihat kekerasan terhadap orang-orang pada tingkat yang begitu tinggi, begitu banyak orang terbunuh," ujar Guterres.

"Kami membutuhkan lebih banyak bantuan (dan) lebih banyak komitmen dari komunitas internasional untuk memberikan tekanan guna memastikan bahwa situasinya terbaik," tambah dia.

Dewan Keamanan PBB juga akan bertemu pada Rabu (31/3) untuk membahas situasi di Myanmar atas seruan Inggris.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) pada Senin (29/3) mengumumkan untuk menangguhkan Perjanjian Kerangka Perdagangan dan Investasi yang disepakati dengan Myanmar pada 2013. Dengan begitu, Myanmar juga terhapus dari General Preferences System, di mana AS memberikan akses bebas tarif dari beberapa negara berkembang.

Pemerintahan Presiden Joe Biden menegaskan tidak akan melanjutkan hubungan perdagangan dengan Myanmar sebelum pemerintahan terpilih kembali.

"Amerika Serikat mengutuk keras kekerasan brutal pasukan keamanan Burma terhadap warga sipil," kata Perwakilan Dagang AS Katherine Tai.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Disdik DKI Segera Cairkan KJP Plus dan KJMU Tahap II

Sabtu, 30 November 2024 | 04:05

Israel dan AS Jauhkan Umat Islam dari Yerusalem

Sabtu, 30 November 2024 | 03:38

Isu Kelompok Rentan Harus Jadi Fokus Legislator Perempuan

Sabtu, 30 November 2024 | 03:18

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kadin Luncurkan White Paper

Sabtu, 30 November 2024 | 03:04

Pasukan Jangkrik Gerindra Sukses Kuasai Pilkada di Jateng

Sabtu, 30 November 2024 | 02:36

Fraksi PKS Usulkan RUU Boikot Produk Israel

Sabtu, 30 November 2024 | 02:34

Sertijab dan Kenaikan Pangkat

Sabtu, 30 November 2024 | 02:01

Bawaslu Pastikan Tak Ada Kecurangan Perhitungan Suara

Sabtu, 30 November 2024 | 01:48

Anggaran Sekolah Gratis DKI Disiapkan Rp2,3 Triliun

Sabtu, 30 November 2024 | 01:17

Mulyono Bidik 2029 dengan Syarat Jakarta Dikuasai

Sabtu, 30 November 2024 | 01:01

Selengkapnya