Berita

Bendera Uni Eropa dan China/Net

Dunia

Berawal Dari Dugaan Pelanggaran HAM Di Xinjiang, Uni Eropa Dan China Terlibat Perang Sanksi

SELASA, 23 MARET 2021 | 10:34 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Uni Eropa dan China terlibat perselisihan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Uighur di Xinjiang. Keduanya saling menyerang dengan sanksi terhadap pejabat masing-masing.

Awal pekan ini, Senin (22/3), Uni Eropa mengumumkan sanksi terhadap empat pejabat China yang dianggap bertanggung jawab atas penahanan massal minoritas Uighur di Xinjiang.

Empat pejabat tersebut adalah Direktur Biro Keamanan Umum Xinjiang Chen Mingguo, Wakil Sekretaris Partai Komunis China di Xinjiang Wang Junzheng, Biro Keamanan Umum Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang Zhu Hailun, dan pejabat senior Wang Mingshan.

Khusus untuk Chen Mingguo, Uni Eropa menudingnya telah melakukan penahanan sewenang-wenang dan perlakuan merendahkan terhadap minoritas atas kebebasan berkeyakinan mereka.

Kendati begitu, dikutip dari Reuters, Uni Eropa tidak memberlakukan sanksi untuk pejabat tinggi Chen Quanguo, yang menjadi target sanksi Amerika Serikat (AS).

Serangan Sanksi Balasan China

Langkah Uni Eropa itu memicu serangan balasan dari China. Beijing melayangkan sanksi terhadap sejumlah anggota parlemen Eropa, dan dua lembaga.

Beberapa anggota parlemen yang dikenai sanksi adalah politisi Jerman, Reinhard Butikofer, yang mengetuai Parlemen Eropa untuk China, dan politisi Belanda, Sjoerd Sjoerdsma.

Sementara satu dari dua lembaga yang dimaksud adalah Yayasan Aliansi Demokrasi yang didirikan oleh mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.

Sanksi tersebut meliputi larangan masuk ke China dan berbisnis dengan entitasnya.

Langkah Keras Uni Eropa

Pemberlakuan sanksi kepada China merupakan langkah keras yang diambil oleh Uni Eropa. Lantaran selama ini Uni Eropa berusaha untuk menghindari konfrontasi dengan Beijing, sebagai salah satu mitra dagang utamanya.

Sanksi itu menjadi yang pertama ditujukan kepada China sejak Uni Eropa melayangkan embargo senjata pada 1989, setelah insiden berdarah di Lapangan Tiananmen.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya