Berita

Dr. Muhammad Najib/RMOL

Muhammad Najib

Jalur Sutra Baru Di Eropa

SENIN, 15 MARET 2021 | 11:45 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

JALUR Sutra Baru (The New Silk Road) yang lebih populer dengan sebutan One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Inisiative (BRI) di kawasan Eropa sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra.

Mereka yang melihatnya dari kaca mata ekonomi atau para pengusaha pada umumnya mendukung dan sangat antusias, sementara para politisi atau para cendekiawan yang melihatnya dari perspektif politik umumnya menetang atau skeptis.

Alasan mereka yang mendukung karena kehadiran para investor dan turis dari China menggerakkan ekonomi mereka yang sedang lesu. Sementara mereka yang menentang karena alasan nasionalisme atau meningkatnya kehadiran para profesional dan pekerja asal China yang mengendalikan berbagai sektor strategis seperti pelabuhan, bandara, dan berbagai sektor yang terkait dengan teknologi informasi dan Internet.

Mereka yang menentang tidak jarang menggunakan teori konspirasi, yang mencurigai China bukan saja ingin menguasai dan mengendalikan geoekonomi tetapi juga geopolitik. Bahkan sejumlah pengamat di Yunani dan Italia berspikulasi bahwa China sengaja menyebar penduduknya di banyak negara untuk mengubah demografi di negara mereka.

Diantara negara Eropa yang sudah terlibat dalam mega proyek OBOR yang dimotori oleh China antara lain: Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Rusia, Spanyol, Italia, Yunani, dan Turki. Dengan demikian seluruh negara penting di kawasan ini sudah menjadi bagian dari proyek Jalur Sutra Baru.

Kalau di masa Jalur Sutra Lama komodite yang diperjual-belikan sangat terbatas, kini komodite yang diperdagangkan hampir tidak terbatas, mulai mainan anak-anak, pakaian, peralatan rumah tangga, sampai berbagai produk berteknologi tinggi seperti IT 5G dan alat-alat kesehatan.

Saat pandemi akibat virus Covid-19 melanda dunia termasuk Eropa, China menawarkan bantuan kepada negara-negara yang masuk jaringan OBOR. Bentuk bantuan mulai berbagai peralatan medis, tenaga ahli, obat-obatan sampai vaksinnya. Karena itu Italia dan sejumlah negara di kawasan Eropa sangat berterimakasih kepada China.

Para pengamat yang lebih objektif berpandangan; sangat wajar penguasa di Beijing mengambil langkah-langkah seperti ini. Kalau saja kita memiliki kemampuan seperti mereka katanya, maka kita juga akan melakukan hal yang sama.

Karena itu, mereka menasihati lebih baik introspeksi diri dan segera membenahi berbagai kesalahan atau kekurangan yang dimilikinya selama ini daripada terus-menerus mencari-cari kesalahan orang lain sebagai kambing hitam.

Yang pasti kini muncul banyak China Town baru di setiap negara yang masuk jaringan mega proyek OBOR dalam bentuk pusat industri atau pusat perdagangan. Apakah ia akan permanen atau temporer? Perlu waktu untuk menjawabnya.

Amerika yang sebelumnya merupakan sekutu Uni Eropa dan menjadi pemain tunggal mengendalikan geoekonomi dan geopolitik di tingkat global terus mengganggu mega proyek OBOR yang dikhawatirkan akan mengganggu hegemoninya selama ini.

Walaupun Amerika masih menjadi super power satu-satunya di dunia sampai saat ini, baik secara ekonomi, politik, maupun militer, tampaknya tidak cukup percaya diri untuk menghadapi China sendirian. Sebagaimana diketahui China mengalami perkembangan sangat pesat dalam bidang ekonomi dan teknologi yang tentu akan bermuara pada kekuatan politik dan militer.

Kini Jepang, India, dan Australia berhasil dirangkul Amerika untuk bersama-sama dalam sebuah aliansi yang diberi nama Quadrilateral Cooperation (Quad) untuk menghadang China di tingkat global. Karena itu menarik untuk terus dicermati apakah proyek OBOR bisa terus berkembang sesuai rencana atau tidak?

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya