Berita

Pemerintahan sipil Myanmar bersumpah melawan kudeta militer/Net

Dunia

Polisi Myanmar Tewaskan 12 Orang, Pemerintahan Sipil Bangkit Lawan Junta

MINGGU, 14 MARET 2021 | 07:56 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pertumpahan darah kembali terjadi di Myanmar. Sedikitnya 12 orang dilaporkan tewas dalam kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan pada Sabtu (13/3), ketika pemerintah sipil kembali bangkit.

Seorang saksi mata mengungkap, lima orang ditembak mati dan beberapa lainnya cedera ketika polisi berusaha untuk membubarkan massa di Mandalay.

Hari yang sama, media lokal melaporkan, dua orang demonstran di Yangon dan seorang di Pyay meninggal dunia. Sementara tiga korban lainnya tidak disebutkan.

Menurut seorang aktivis di Mandalay, Myat Thu, salah seorang korban merupakan anak berusia 13 tahun.

"Mereka (aparat) bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Sementara seorang pengunjuk rasa, Si Thun Tun mengaku melihat dua orang yang ditembak, termasuk seorang biksu Buddha.

Di Pyay, seorang saksi mata mengatakan pasukan keamanan awalnya menghentikan ambulans untuk menjangkau mereka yang terluka, yang menyebabkan satu kematian.

Seorang sopir truk di Chauk, sebuah kota di tengah Wilayah Magwe, juga tewas setelah ditembak di bagian dada oleh polisi.

Jatuhnya belasan korban terjadi ketika seorang pejabat senior partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Mahn Win Khaing Thain bersumpah dalam pidato pertamanya untuk melawan kudeta militer.

Ia telah ditunjuk sebagai penjabat wakil presiden oleh perwakilan anggota parlemen yang digulingkan, Komite untuk Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH).

"Ini adalah saat paling gelap dan saat fajar sudah dekat," ujarnya.

“Untuk membentuk demokrasi federal, yang diinginkan oleh semua etnis bersaudara, yang telah menderita berbagai jenis penindasan dari kediktatoran selama beberapa dekade, benar-benar diinginkan, revolusi ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyatukan upaya kita,” kata Mahn Win Khaing Than .

Kudeta militer dilakukan pada 1 Februari, ketika junta menahan pejabat pemerintahan terpilih, termasuk Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

Kudeta memicu gerakan pembangkangan sipil di seluruh negeri yang ditanggapi oleh kekerasan oleh aparat keamanan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya