Jurubicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito/Repro
Momen libur panjang memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap jumlah kematian Covid-19 di Indonesia.
Pengalaman libur panjang 2020 yang lalu menjadi satu contoh konkret yang dijelaskan Jurubicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito.
"Terdapat implikasi kematian dari setiap event libur panjang," ujar Wiku Adisasmito dalam jumpa pers virtual yang disiarkan kanal Youtube BNPB Indonesia, Sabtu (13/3).
Wiku menyebutkan, grafik kasus kematian pernah meningkat pada Maret hingga September 2020. Lalu sempat menurun pada Oktober dan November, namun kembali mengalami tren peningkatan hingga Januari 2021.
Melihat lebih dekat perkembangan dari bulan ke bulan, pada empat bulan pertama peningkatan cenderung tajam hingga mencapai 70 persen.
"Masa-masa ini Indonesia dihadapkan pada pandemi yang secara tiba-tiba, dan tengah melakukan percepatan penangananan, salah satunya denga kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," imbuh Wiku.
Kemudian pada Juli menuju Agustus 2020, kasus kematian sempat mengalami penurunan. Namun pada Sepetember, kembali meningkat secara signifikan mencapai 46 persen atau 1.048 kasus.
Peningkatan ini, kata Wiku karena periode libur panjang 15-17 Agustus dan 20-23 Agustus 2020. Baru pada kurun Oktober dan November kasus kematian menurun tapi tidak lama meningkat lagi, tepatnya pada Desember 2020 hingga Januari 2021.
Pada periode akhir tahun tersebut, Wiku menerangkan sebabnya karena periode libur panjang Natal dan Tahun Baru. Dari jumlahnya per November 2020 hingga Januari 2021 ada 4.252 kasus kematian, atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan Oktober 2020.
Sebagai perbandingan, pada bulan-bulan tanpa periode libur panjang, jumlah kematian antara 50 - 900 kasus per bulan. Sementara pada bulan-bulan dengan libur panjang, jumlah kematian meningkat tajam mencapai 1.000 hingga 2.000 orang.
Karenanya Wiku meminta masyarakat bijak dalam menyikapi libur panjang Isra Miraj tahun ini, karena secara langsung mempengaruhi jumlah orang yang meninggal.
"Bayangkan dalam satu bulan, kita bisa kehilangan lebih dari seribu nyawa hanya karena memilih melakukan perjalanan dan berlibur," ucap Wiku.
"Untuk itu masyarakat dan pemerintah daerah diminta belajar lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan. Dan jangan sampai keputusan yang diambil membahayakan nyawa diri sendiri dan orang lain," pungkasnya.