Berita

Presiden Joko Widodo bersama Kepala KSP Moeldoko/Net

Publika

Pemerintah Terlihat Bingung

SABTU, 06 MARET 2021 | 09:09 WIB

MEMANG paradoks, di satu sisi kran impor dibuka luas hingga banjir impor, di sisi lain membenci produk luar negeri.

Ini artinya pemerintah sudah konslet, terganggu kesehatan pikiran, budaya, ekonomi, dan politiknya. Panik soal kebijakan ekonomi domestik. Ke sana salah, ke sini keliru.

Sebelumnya soal miras yang diberlakukan lalu dicabut, meskipun hanya lampiran. Juga soal pernyataan Polri status tersangka 6 syuhada, setelah itu segera dihentikan. Plan A yang gagal. Sudah "confuse" dalam segala hal. Pemerintah kehilangan "wisdom", berbicara asal njeplak, dan bergerak menabrak nabrak.


Kalimat harus benci produk luar negeri sudah tidak mempan di telinga dan hati rakyat. Hanya jadi bahan cemoohan dan olok-olok. Pemerintah sudah sulit berjalan ajeg meski memang belum mau melempar handuk. Masalah terus bertumpuk dan nampak tak mampu mengatasi. Kebijakan yang diambil sepertinya tutup lubang gali lubang. Menyelesaikan masalah dengan masalah.

Membangun nasionalisme dengan sekedar mengucapkan kata benci pada produk asing adalah naif bahkan berlebihan. Jika oposisi yang menyatakan hal seperti itu sudah pasti buzzer segera menuduh "hate speech", lalu dilaporkan. Katanya tidak bisa gaul global. Tapi karena sumbernya Presiden, ya sudah tafsirkan saja sedang berapi-api memotivasi nasionalisme.

Seperti dibayangi hantu. Hantu Km 50 terus mengganggu. Takut luar biasa hingga TKP pun dihancurleburkan, penanganan dilambat-lambatkan, serta opini coba diputarbalikkan.

Hantu turun tahta menjadi mimpi buruk. Oposisi dibungkam dan potensi lawan dilumpuhkan. Setelah HTI, FPI, KAMI, kini Partai Demokrat diobrak-abrik. Kudeta lewat KLB akhirnya jadi juga. Moeldoko sang brutus terang-terangan membunuh SBY.

Hantu krisis ekonomi terus menakut-nakuti. Utang luar negeri bertumpuk, utang tambahan sulit setengah mati. Investasi asing tidak kunjung tiba dan terus dinanti. Pandemi melemahkan daya beli. Korupsi pun menjadi-jadi.

Akhirnya stres dan caci maki. Produk luar negeri yang tidak bersalah pun harus dibenci. Caci maki yang kehilangan arti, sebab kata tidak sesuai dengan bukti.

Pemerintah terlihat bingung, kebijakannya semakin linglung. Meski berjalan terhuyung-huyung di depan rakyat tetap berusaha mencari panggung. Panggung tak bergaung.

Aduh biyung...!

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan kebangsaan

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya