Berita

Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI), Firman Noor/Repro

Politik

LIPI Prediksi Fenomena Faksionalisasi Semakin Menguat Di Demokrat Usai Pemecatan 7 Kader

SABTU, 27 FEBRUARI 2021 | 13:06 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Keputusan Partai Demokrat memecat 7 kadernya yang dianggap membelot, karena berniat melakukan kudeta, akan meningkatkan potensi perpecahan.

Penilaian itu muncul dari Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI), Firman Noor, dalam diskusi virtual Perspektif Indonesia Smart FM, Sabtu (27/2).

"Sebetulnya genderangnya (perpecahan) semakin keras bertabuh dengan dipecatnya tujuh orang kader Partai Demokrat," ujar Firman.

Fenomena perpecahan yang disitilahkan sebagai fenomena Faksonalisasi, menurut Firman sudah terjadi sejak wacana kudeta Demokrat merebak.

Semenjak itu, dia mempelajari sebab-sebab faktoral yang membuat isu ini semakin menguat hingga terkahir ada wacana terkait Kongres Luar Biasa (KLB).

Firman menjelaskan, ada dua perpektif yang dia tangkap dari fenomena politik di partai besutan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.

"Yang pertama saya mau katakan sebagai perpektif intervensi. Ini sifatnya eksternal. Negara di sini adalah faktor determinan atau penyebab," ucap Firman.

"Kedua adalah perpektif internal atau konflik internal. Di sini Moeldoko (Kepala KSP) adalah dampak, dia berangkat dari bawah, dari partai itu sendiri," sambungnya

Dari dua perpektif tersebutlah kemudian Firman menyimpulkan adanya potensi Faksionalisasi di tubuh Demokrat.

Karena jika menilik perspektif pertama, dia melihat intinya ada pada kepentingan negara, sedangkan yang kedua adalah seputar pengelolaan partai yang penuh dengan nuansa dinasti.

"Dan pelaksanaan dari satu pegelaran kongres yang bermasalah begitu ya," tuturnya.

"Ini menarik, karena kombinasi antara eksternal dan internal ini ke depannya akan bisa memicu suatu fenomena faksionalisasi," demikian Firman Noor.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya