Berita

Juru bicara Kementeran Luar Negeri China, Hua Chunying/Net

Dunia

Bantah Rumor Tentang Xinjiang, China: Kami Berada Di Jalan Yang Benar

SABTU, 20 FEBRUARI 2021 | 06:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Seruan negara-negara barat untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, akhirnya melahirkan cetusan tak terelakkan dari juru bicara Kementeran Luar Negeri China, Hua Chunying.

Dalam konferensi hariannya pada Jumat (19/2), Hua memaparkan sejumlah penyangkalan atas tuduhan pelanggaran HAM dan pelecehan Muslim di wilayah tersebut, dengan mengatakan apakah negara-negara itu telah paham apa itu hak asasi manusia dan apakah sudah benar-benar melakukannya di negaranya sendiri.

Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, justru memiliki sejarah genosida dan pelanggaran HAM tingkat tinggi, kata Hua, seperti dilaporkan Reuters.

Hua mengatakan, ketiga negara itu telah menyebarkan desas-desus tak berdasar tentang Xinjiang selama waktu yang panjang, yang membuat dunia terjebak dalam prasangka atas ketidaktahuan dan absurditas. Atas nama demokrasi dan hak asasi manusia, negara-negara itu mengecam dan melemparkan tuduhan keji kepada China.

"Orang-orang ini tidak pernah pernah ke Xinjiang, mereka juga tidak pernah melihat keindahan wilayah ini dan merasakan keharmonisan orang-orang dari semua kelompok etnis di sana secara langsung," katanya. seperti dikutip dar Global Time.

Hua menyebut, populasi Uyghur di Xinjiang telah berlipat ganda dalam 40 tahun terakhir. Etnis minoritas di Xinjiang menikmati hak atas pekerjaan yang setara, dan semua kelompok etnis adalah sama, tidak ada yang dibedakan.

Hua mencatat sejarah tragis yang diderita kelompok etnis di beberapa negara termasuk Kanada, AS dan Australia, yang tidak pernah mendapat tanggapan dari politisi dan pemerintahannya.

Contohnya, kata Hua, Pemerintah Kanada menerapkan kebijakan pemusnahan budaya terhadap penduduk asli pada tahun 1970-an. Selama bertahun-tahun, pemerintah merampas sumber daya tanah masyarakat adat, mengasimilasi bahasa dan budaya tradisional mereka, mengakibatkan depresi, penyalahgunaan narkoba, bunuh diri dan kejahatan pada tingkat yang jauh lebih tinggi di antara masyarakat adat dibandingkan kelompok etnis lainnya

Lalu AS, selama hampir seratus tahun berdirinya negara itu, pemerintah AS terbiasa mengusir dan membunuh orang India dalam skala besar melalui gerakan ke barat atau 'Westward Movement'.

Lalu soal 'Kebijakan Australia Kulit Putih' yang mencoba memusnahkan penduduk Aborigin secara paksa dan memisahkan 100.000 anak Aborigin dari keluarga mereka.

Negara-negara itu selalu menyudutkan China soal hak asasi manusia dengan sikap merendahkan. Hua menekankan bahwa hak atas hidup dan kesehatan adalah hak asasi manusia pertama yang perlu dijamin setiap saat di negara dan masyarakat mana pun.

Hua pun membuat perbandingan antara situasi di China dan Texas di AS selama liburan Festival Musim Semi.

Orang Tionghoa dari semua kelompok etnis menikmati liburan Festival Musim Semi yang aman, damai dan bahagia, meskipun orang tidak dapat melakukan perjalanan sebanyak tahun-tahun sebelumnya karena epidemi, kata Hua.

Sekitar 160 juta orang pergi ke bioskop, bisnis pengiriman ekspres meningkat 260 persen tahun ke tahun selama festival, dan pemesanan lokal untuk tiket pariwisata melebihi 300 persen.

“Kami tidak kekurangan pangan dan sandang. Tidak kelaparan atau kedinginan. Ini adalah hak asasi manusia yang paling nyata," cetus Hua, menambahkan bahwa itu karena upaya pemerintah yang fokus memperhatikan rakyatnya.

Sementara itu, di negara bagian selatan Texas di AS, jutaan orang terjebak dalam situasi sulit, tanpa listrik untuk pemanas setelah badai musim dingin yang ekstrim.

“Semua ini telah memberi kami, orang China, pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu hak asasi manusia yang sebenarnya dan bagaimana melindungi hak asasi manusia dengan lebih baik. Itu juga membuat kami sangat yakin bahwa China berada di jalan yang benar dan kami sangat yakin akan masa depan kami," kata Hua.

Hua mengingatkan kepada negara-negara yang selalu sibuk menuduh China, agar lebih peduli pada bangsanya sendiri dan berkonsentrasi menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya