Berita

Jurubicara Presdien Joko Widodo, Fadjroel Rachman/Net

Politik

GAR ITB Lakukan Standar Ganda, Ada Fadjroel Rachman Tapi Serang Din Syamsuddin

SENIN, 15 FEBRUARI 2021 | 08:32 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) dinilai telah melakukan standar ganda dalam menuding tokoh bangsa, Din Syamsuddin sebagai seorang yang radikal.

Pasalnya, jika radikal dianggap sebagai melawan pemerintahan yang sah, maka GAR ITB seharusnya tidak memasukkan orang-orang yang juga pernah terlibat melawan pemerintahan yang sah, seperti Fadjroel Rachman yang saat ini menjadi Jurubicara Presiden Joko Widodo.

"Yang menarik, di GAR ITB terselip nama Fadjroel Rachman, mantan aktivis dan jubir presiden," ujar peneliti Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (15/2).


Menurut Dian, sejumlah manuver yang dilakukan GAR ITB tidak dimasukkan secara jelas soal definisi radikal yang dilakukan Din Syamsuddin.

Sehingga, jika menggunakan terminologi radikal sebagai kegiatan melawan pemerintah sah, malah hal itu menjadi rancu.

"Lantaran melihat masuknya Fadjroel di Grup WA GAR ITB. Fadjroel pernah masuk di (Lapas) Nusa Kambangan lantaran menuntut pemerintahan sah saat itu. Jadi ini menjadi standar ganda," jelas Dian.

Dian pun juga curiga, jika ternyata GAR ITB sedang cek ombak atau mengukur dirinya sejauh mana titik eksistensi mereka berada dan bisa dikapitalisasi.

"Jika digunakan metafor rantai makanan biologis, maka mereka sedang mencari tahu posisi GAR ITB ada di mana di rantai makanan politik. Apakah posisi ular yang memakan tikus di sawah atau posisi elang yang memakan ular," terang Dian.

Padahal kata Dian, Din Syamsuddin sendiri merupakan orang yang pernah di lingkaran kekuasaan. Jika Istana menggunakan Din, maka pertanyaannya adalah kenapa beliau bisa ke luar masuk Istana dan bahkan menjadi orang kepercayaan.

“Masuk hingga menjadi orang kepercayaan di Istana tentu tidak mudah. Ada beragam tahapan. Dulu dikenal penelitian khusus (litsus). Metode yang sama tentu juga digunakan Istana sebelum menggunakan tenaga Din,” tuturnya.

Sehingga kata Dian, lebih baik GAR ITB menggunakan litsus yang dilakukan terhadap Din agar tidak terjadi standar ganda seperti terhadap Fadjroel.

"Sehingga tidak terjadi nilai standar seperti pada kasus Fadjroel," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya