Berita

Batu bara Afrika/Net

Dunia

Ribuan Ton Batu Bara Afrika Selatan Tiba Di China, Pengamat: Pertanda Buruk Bagi Australia

SABTU, 06 FEBRUARI 2021 | 17:41 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah hubungan perdagangan yang belum juga membaik dengan Australia, China mulai menerima ratusan ribu ton batu bara dan muatan penuh bijih besi dari Sierra Leone. Sierra Leone merupakan sumber impor alternatif Beijing pasca memburuknya hubungan dengan Canberra.

Ini seolah menunjukkan, betapa mudahnya China dapat menggantikan Australia dengan sumber impor alternatif, kata seorang pengamat China, seperti dilaporkan Global Times, Sabtu (6/2).

Tak hanya itu, pada Kamis, China juga mendapat kiriman batch pertama dari perjanjian 160.000 ton batu bara yang diangkut melalui laut dari Afrika Selatan. Sebanyak 2.387 ton diangkut dengan kereta menuju Nanning, ibu kota daerah otonomi Guangxi Zhuang, China Selatan.

Pengiriman batu bara, yang tiba setelah perjalanan lebih dari 20 hari tersebut merupakan muatan impor pertama China dari Afrika Selatan dalam lima tahun terakhir.

Analis China yang mengikuti hubungan China-Australia berpendapat, hal ini jelas ditujukan untuk mengatasi ketergantungan China yang berlebihan pada sumber daya batu bara dan bijih besi dari Australia. Mereka juga mengatakan ini sekaligus menjadi pertanda yang kurang baik buat Australia, karena China bisa dengan mudah mencari negara alternatif pengganti.

Song Wei, seorang rekan peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerjasama Ekonomi China, mengatakan meskipun China terlalu bergantung pada bijih besi dan batu bara Australia, pengiriman material penting dari negara-negara sumber alternatif menunjukkan kemudahan bagi China untuk menggantikan Australia sebagai sumber impornya.

"Kerja sama China dengan negara-negara berkembang, mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan banyak dari negara-negara ini kaya akan sumber daya alam dan berusaha mencapai pembangunan ekonomi dan pertumbuhan mereka sendiri melalui perdagangan," kata Song.

Para ahli mengatakan, meskipun mudah bagi China untuk menggantikan Australia dengan mitra dagang alternatif, tidak demikian dengan Australia. Mereka menyebut akan sulit bagi negara itu untuk mencari pasar ekspor alternatif untuk menutup kerugiannya dari pasar China.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya