Berita

Militer di Myanmar pasca kudeta/Net

Bisnis

Perusahaan China Di Myanmar Diminta Waspadai Risiko Gagal Bayar

SABTU, 06 FEBRUARI 2021 | 07:00 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Seorang ahli hukum Tiongkok memperingatkan agar perusahaan China yang beroperasi di Myanmar  mewaspadai risiko kontrak dan gagal bayar, di tengah pergolakan politik pasca kudeta militer pekan lalu.

Peringatan itu datang dari seorang pengacara China yang berbasis di Myanmar pada Jumat (5/2) kepada Global Times. Dia mengatakan, perusahaan China perlu memperhatikan risiko dari situasi politik, serta perjanjian hukum dan komersial serta implementasi kebijakan.

“Kegagalan pemerintah (Myanmar) adalah risiko besar, terutama untuk proyek-proyek besar dan strategis di berbagai sektor termasuk transportasi dan energi,” kata pengacara yang tidak mau disebutkan namanya itu.

"Risiko default atau kelalaian yang menyebar ke pihak rekanan juga harus dipantau secara ketat," ujarnya.

Dia mengatakan, adanya ketidakpastian perombakan pemerintahan di masa depan, mungkin akan berdampak pada proyek yang didukung China di negara tersebut.

Namun, menurutnya, perusahaan China dapat mencari perlindungan dari perjanjian yang melindungi investasi mereka, jika nantinya terjadi keadaan darurat dan dapat mencari arbitrase internasional jika mereka menghadapi penyitaan ilegal atas properti mereka.

Sejumlah perusahaan China yang beroperasi di Myanmar mengatakan, mereka sedang mencermati situasi saat ini.

Bisnis China tumbuh subur di negara Asia Tenggara itu, berkat upaya luar biasa yang telah dilakukan untuk mengembangkan Koridor Ekonomi China-Myanmar, yang mencakup berbagai proyek infrastruktur yang memungkinkan peningkatan konektivitas antara kedua negara.

Pengacara tersebut mendesak perusahaan China untuk mematuhi hukum dan peraturan setempat mengingat situasi yang kompleks.

Tentara telah mengambilalih kekuasaan dengan melakukan kudeta pada Senin (1/2), sekaligus menahan Presiden Win Myint dan Pemimpin De Facto Myanmar Aung San Suu Kyi, bersama sejumlah petinggi partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya