Berita

Militer Myanmar/Net

Dunia

China Bantah Tudingan Ikut Dukung Kudeta Myanmar

KAMIS, 04 FEBRUARI 2021 | 12:58 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah China menolak tudingan yang mengatakan bahwa negaranya telah mendukung atau menyetujui pergolakan politik yang saat ini terjadi di Myanmar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada Rabu (3/2), mengatakan bahwa tudingan tersebut mengada-ada.

"Tuduhan seperti itu tidak faktual," kata Wang, seperti dikutip dari GT, Kamis (4/2).

Wang juga mencatat bahwa Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa mengadakan konsultasi internal tentang situasi Myanmar, dan China secara konstruktif berpartisipasi dalam diskusi tersebut.

Kemudian, beberapa laporan media Barat mengatakan, bahwa Dewan Keamanan PBB pada Selasa gagal menyetujui pernyataan bersama untuk mengutuk kudeta Myanmar. Gagalnya kesepakan disebut-sebut karena China yang notabenenya anggota tetap dewan yang memiliki hak veto, menolak untuk mendukung keputusan.

Wang mengatakan pada pengarahan bahwa China justru bingung dan terkejut dengan kebocoran dokumen internal yang sedang dibahas di Dewan Keamanan.

"Itu tidak sesuai dengan aturan kerja Dewan Keamanan dan tidak kondusif bagi persatuan dan rasa saling percaya di antara anggota Dewan," katanya.

"China adalah tetangga yang bersahabat bagi Myanmar, dan berharap semua pihak di Myanmar dapat fokus pada kemauan dan kepentingan rakyat, menangani perbedaan dengan tepat melalui dialog di bawah kerangka konstitusional dan hukum, dan menjaga stabilitas politik dan sosial," tegas Wang.

Dia mengatakan komunitas internasional harus menciptakan lingkungan eksternal yang sehat bagi Myanmar untuk menyelesaikan perbedaan dengan benar.

"Setiap tindakan yang diambil oleh Dewan Keamanan harus memberikan kontribusi pada stabilitas politik dan sosial Myanmar, membantu Myanmar mewujudkan perdamaian dan rekonsiliasi, dan menghindari meningkatnya kontradiksi dan semakin memperumit situasi," katanya.

Pada hari Senin (1/2), tentara Myanmar menahan para pemimpin Myanmar termasuk Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, dan kemudian mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun. Bersamaan dengan hal otu, mereka mengatakan bahwa kekuasaan telah diserahkan kepada panglima tertinggi angkatan bersenjata.

Sebuah dokumen polisi mengatakan bahwa polisi Myanmar telah mengajukan tuntutan terhadap Suu Kyi karena mengimpor peralatan komunikasi secara ilegal, dan dia akan ditahan hingga 15 Februari untuk penyelidikan, kata laporan pada hari Rabu.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya