Berita

Presiden AS Joe Biden/Net

Dunia

Buntut Kudeta Militer, Presiden AS Joe Biden Ancam Keluarkan Sanksi Untuk Myanmar

SELASA, 02 FEBRUARI 2021 | 07:10 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Presiden Joe Biden bereaksi keras terhadap aksi kudeta militer di Myanmar. Dalam pernyataannya pada Senin (1/2), Biden mengancam akan memberlakukan kembali sanksi terhadap negara itu.

Dia mengatakan apa yang terjadi di Myanmar merupakan serangan langsung terhadap transisi negara menuju demokrasi dan supremasi hukum.

Biden menegaskan bahwa pemerintahannya akan segera meninjau kembali keputusan tahun 2016 untuk mencabut sanksi ekonomi di tengah harapan transisi damai ke pemerintahan demokratis.

"Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Burma selama dekade terakhir berdasarkan kemajuan menuju demokrasi," kata Biden, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (2/1). Menambahkan bahwa peristiwa kudeta membuatnya berpikir untuk kembali memberlakukan sanksi tersebut.

"Pembalikan kemajuan itu, akan membutuhkan peninjauan segera terhadap hukum dan otoritas sanksi kami, diikuti dengan tindakan yang sesuai," lanjutnya.

Biden kemudian mengimbau militer Myanmar untuk segera menghormati kemajuan menuju transisi demokrasi di negara itu. Ia juga mendesak komunitas internasional untuk bersatu dalam satu suara untuk menekan militer Burma agar segera melepaskan kekuasaan yang telah mereka rebut.

"Dalam demokrasi, kekuatan tidak boleh digunakan untuk mengesampingkan keinginan rakyat atau berusaha menghapus hasil pemilu yang kredibel," kata presiden AS itu, menambahkan bahwa AS akan selalu memperhatikan orang-orang yang mendukung rakyat Burma, termasuk di saat yang sulit.

Pada hari Minggu, militer Myanmar mengumumkan keadaan jam darurat setelah menahan Aung San Suu Kyi, bersama anggota senior lainnya dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa.

Kudeta terjadi beberapa jam sebelum sesi pertama parlemen baru negara itu akan diadakan setelah pemilihan November di mana NLD memperoleh kemenangan besar. Militer mengklaim kudeta itu dilakukan karena 'kecurangan pemilu' dalam jajak pendapat yang dikatakan mengakibatkan dominasi NLD di parlemen.

Populer

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Rusia Pakai Rudal Siluman Rahasia untuk Bombardir Infrastruktur Energi Ukraina

Jumat, 12 April 2024 | 16:58

Pemberontak Menang, Pasukan Junta Ngacir Keluar Perbatasan Myawaddy

Kamis, 11 April 2024 | 19:15

Megawati Peringatkan Bakal Terjadi Guncangan Politik Setelah Jokowi Jadi Malin Kundang

Kamis, 11 April 2024 | 18:23

Warisan Hakim MK sebagai Kado Idulfitri

Senin, 08 April 2024 | 13:42

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

UPDATE

25 Kader Beringin Disiapkan Maju Pilkada Jatim

Jumat, 19 April 2024 | 04:02

Calon Jemaah Haji Aceh Mulai Berangkat 29 Mei 2024

Jumat, 19 April 2024 | 03:23

3 Kader Ini Disiapkan PKS di Pilgub Lampung

Jumat, 19 April 2024 | 03:17

Pakaian Adat jadi Seragam Sekolah Jangan Bebani Orangtua Siswa

Jumat, 19 April 2024 | 03:15

Baznas-TNI Terjunkan Bantuan untuk Palestina Lewat Udara

Jumat, 19 April 2024 | 02:53

Sebelum Pensiun Agustus, Prasetyo Bakar Semangat ASN Setwan DPRD

Jumat, 19 April 2024 | 02:10

Berusia Uzur, PKS Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur Jakarta

Jumat, 19 April 2024 | 02:00

Proyek Tanggul Pantai Dikebut, Fokus di Muara Angke dan Kali Blencong

Jumat, 19 April 2024 | 01:33

PKB Jagokan Irmawan dan Ruslan di Pilgub Aceh

Jumat, 19 April 2024 | 01:31

Heru Pamer IPM Jakarta Tertinggi di Indonesia

Jumat, 19 April 2024 | 01:09

Selengkapnya