Berita

Pendukung Trump berunjuk rasa di dekat Virginia Capitol di Richmond sebelum pelantikan Joe Biden/Net

Dunia

Ancaman Kekerasan Sayap Kanan Membayangi AS Di Bawah Pemerintahan Biden

KAMIS, 28 JANUARI 2021 | 08:01 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Serangan di Capitol Hill di awal Januari menunjukkan bahwa Amerika Serikat dalam kondsi yang tidak aman. Meskipun pelantikan Joe Biden berjalan lancar, namun orang-orang yang menolak kekalahan Trump serta kekerasan sayap kanan tetap akan menjadi ancaman.

Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) pada Rabu (27/1) mengeluarkan buletin yang memperingatkan bahwa ancaman dari ekstremis sayap kanan akan bertahan dalam beberapa minggu setelah suksesnya Pelantikan Presiden Joe Biden. Para ekstremis dikatakan akan menjadi lebih berani dari penyerbuan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS, yang menargetkan pejabat terpilih dan fasilitas pemerintah.

Ini menjadi peringatan bagi negara yang selama ini dianggap sebagai model demokrasi terbaik. AS harus mulai memperhitungkan bisa saja terjadi gelombang kekerasan politik di tengah pemerintahan Biden.

"Informasi menunjukkan, beberapa ekstremis kekerasan yang bermotivasi ideologis, yang keberatan dengan otoritas pemerintah dan transisi presiden, serta dipicu oleh narasi palsu, dapat memobilisasi hasutan untuk melakukan kekerasan," ujar pernyataan departemen itu, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (28/1).

Penasihat DHS mengatakan gerakan ekstremis itu juga dimotivasi oleh masalah-masalah termasuk kemarahan atas pembatasan Covid-19, hasil pemilu 2020, dan penggunaan kekuatan polisi terhadap aksi unjuk rasa.

Ketegangan ras dan etnis yang berkepanjangan, termasuk penentangan terhadap imigrasi, juga menjadi  pendorong serangan kekerasan di dalam negeri.

DHS biasanya menerbitkan hanya satu atau dua buletin peringatan dalam satu tahun. Buletin tersebut sebagian besar memperingatkan ancaman dari kelompok teroris asing. Yang terakhir, dikeluarkan oleh pemerintahan Trump pada Januari 2020, menyatakan Iran sebagai sponsor terorisme negara dan menunjuk Korps Pengawal Revolusi Iran sebagai organisasi teroris asing.

Agen federal telah memperingatkan bahwa lonjakan kekerasan sayap kanan terjadi sejak 2009. Namun, pengaruh buruk Trump meningkatkan ancaman tersebut.

Trump telah menguatkan narasi palsu bahwa kekalahannya dalam pemilihan presiden pada November 2020 adalah hasil kecurangan. Dia mendesak ribuan pengikutnya untuk 'melawan' kecurangan itu dan mendorong aksi penyerangan di Capitol Hill.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya