Berita

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Nasional (Kadin) Indonesia bidang Agrbisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaja/Net

Bisnis

Berkembang Di Masa Pandemi, Sektor Pangan Harus Dipaju Melalui Pendampingan

RABU, 27 JANUARI 2021 | 15:19 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Menjadikan krisis akibat pandemi Covid-19 sebagai momentum penguatan sektor pangan dapat dilakukan dengan meningkatkan ekspor sekaligus berupaya mengurangi ketergantungan pada produk pangan impor.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Nasional (Kadin) Indonesia bidang Agrbisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaja dalam webinar bertajuk "Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi 2021" yang diselenggarakan oleh Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI), Rabu (27/1).

"Pandemi Covid-19 ibarat dua sisi koin yang berbeda. Di satu sisi, hampir seluruh sektor industri mengalami pelambatan, namun pada sisi yang lain, sektor pertanian justru tumbuh di atas 2 persen," ujar Franky.

Pihaknya mengapresiasi langkah pemerintah yang sejak menyatakan terjadinya pandemi, tetap mengizinkan sektor industri beraktivitas dengan pembatasan serta penerapan protokol kesehatan yang ketat, sehingga gerak perekonomian dapat tetap terjaga.

"Sektor pangan dan industri pengolahannya yang mempekerjakan lebih dari 55 juta orang dari keseluruhan 128 juta pekerja di negeri ini mampu terus bertumbuh, berkontribusi terhadap perolehan GDP," ucap Franky.

Dalam webinar yang dibuka oleh Ketua MWA UI, Saleh Husin ini hadir pemateri lainnya, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, Ketua Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso serta Rektor UI, Ari Kuncoro.

Langkah revitalisasi yang dapat dilakukan menurut Franky adalah melalui pemberian pendampingan kepada para petani, memanfaatkan skema inclusive closed loop yang selain mampu meningkatkan produksi komoditas pangan secara berkelanjutan, juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani, serta mengurangi pelepasan emisi.

"Bentuknya berupa pelatihan praktik pertanian terbaik, penyediaan akses pada bibit unggul dan pupuk, dukungan pendanaan, pendidikan literasi keuangan, dukungan teknologi tepat guna, berikut jaminan pembelian produk (offtaker) oleh perusahaan yang memberikan pendampingan tadi," sebutnya.

Langkah ini dapat membangun ekosistem sektor pangan berkelanjutan yang dapat dijadikan model bisnis oleh produk unggulan lainnya.

"Dukungan kebijakan maupun insentif dari pemerintah berpotensi menghadirkan rantai pasok yang kokoh sehingga hadir lebih banyak lagi food estate yang pengelolaannya mengandalkan peran koperasi, atau mengkorporasikan koperasi, yang ke depan dapat berkontribusi mewujudkan satu triliun dollar bagi ekonomi Indonesia," ujar Franky.

Perusahaan yang bernaung di bawah Kadin menggandeng pemerintah, lembaga riset dan pendidikan, dan tentunya para petani, sejak 2010 berinisiatif menyelenggarakan Jakarta Food Security Summit (JFSS) setiap dua tahun, di mana dalam gelaran terkini, November 2020, berhasil memberikan pendampingan bagi 1 juta petani, dan mendapatkan target baru dari Presiden RI Joko Widodo guna menjangkau 2 juta petani pada tahun 2023.

Salain itu, dilatarbelakangi meningkatnya jumlah kemiskinan akibat pandemi, Kadin mengusulkan adanya Public-Private Partnership (PPP) bersama pemerintah untuk mempercepat pengentasan kemiskinan.

"Kami telah telah mempelajari modul pengentasan kemiskinan yang berhasil diterapkan beberapa negara yang memiliki kesamaan demografi dengan Indonesia seperti Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan," kata Franky.

Dari sana, kalangan usaha akan membuat pusat pelatihan di Jakarta dan sekitarnya, berikut menghadirkan para pelatih dari negara tersebut (train the trainers).

Para Gubernur dan Bupati dapat menugaskan tenaga penyuluh untuk mempelajari modul tersebut, agar masing-masing dapat merancang pelatihan yang sesuai bagi daerah asalnya. Modul yang dirasa cocok, penerapannya dilakukan bekerja sama dengan perusahaan di sana, melalui implementasi program dalam radius 3 kilometer dari wilayah operasinya.

Menurut Franky, perusahaan yang terlibat juga mendedikasikan hingga 2 persen dari keuntungan mereka guna mendukung program ini, sementara pemerintah memberikan relaksasi melalui insentif perpajakan bagi perusahaan tersebut, yang alokasinya diaudit secara terbuka.

Riset IMF, McKinsey & PwC menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia bisa menduduki peringkat ke 7 dunia tahun 2030. Franky mencontohkan PPP pada sektor agribisnis, pangan dan industri pengolahannya yang mampu membina 1 juta petani di tahun 2020, sehingga pada masa pandemi berhasil meningkatkan produktivitas, dan ke depan sangat berpotensi berkontribusi 1 triliun dolar AS.

Selain sektor agribisnis, pangan dan pengolahannya, sektor lain yang diharapkan segera bangkit dan masing-masing berkontribusi hingga 1 triliun dolar AS adalah industri pariwisata dan ekonomi kreatif, industri mineral dan produk turunannya, industri minyak dan gas bumi serta energi baru terbarukan dan konversi energi, industri jasa keuangan dan asuransi, industri jasa kesehatan dan farmasi, berikut industri teknologi informasi, komunikasi dan digitalisasi.

"Kami mengharapkan semua yang hadir berkenan mengkaji masukan ini lebih mendalam agar pemulihan ekonomi Indonesia dapat lebih cepat terlaksana," demikian Franky O. Widjaja.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya