Pengamat politik M. Qodari/Net
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan penerapan 3T (tracing, testing, dan treatment) untuk mendeteksi wabah Covid-19 di Indonesia selama ini kurang tepat secara epidemiologi.
Menyikapi hal tersebut, pengamat politik M. Qodari menyampaikan apresiasinya terhadap pernyataan Bud Gunadi tersebut.
Menurutnya,
tracing yang benar adalah untuk suspek Covid-19, misalnya kontak erat dengan pasien positif Covid-19.
"Yang bisa menekan angka kenaikan Covid-19 bukan angka
testing, tapi
tracing. Tiap daerah jangan hanya sebut angka rasio
testing, tapi juga rasio
tracing," kata Qodari lewat keterangannya yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (22/1).
Dalam sepengetahuan Qodari, angka
tracing di Indonesia sangatlah rendah atau jauh di bawah standar WHO. Maka, kata dia, masyarakat tidak perlu heran jika penyebaran Covid-19 cukup tinggi, lantaran kontak erat dengan pasien positif tidak di-
tracing.
"Manajemen
tracing perlu diperbaiki. Soal tim misalnya. Jangan oleh pemda atau depkes saja, tapi libatkan polisi dan intelijen. Mereka yang paham (punya skil) menelusuri kontak erat," katanya.
Qodari juga mengatakan, untuk melakukan
tracing masyarakat harus melakukan tes PCR dengan harga yang cukup tinggi. Sehingga hal itu membuat dilematis baik masyarakat maupun pemerintah untuk melakukan
tracing.
"Memang
tracing dilematis karena tes PCR mahal. Dengan adanya swab antigen dan genose semoga biaya tracing bisa ditekan," tandasnya.