Berita

Ilustrasi hutan yang dibabat/Net

Politik

WALHI: 30 Persen Batas Kawasan Hutan Dihapus Perparah Bencana Hidrometeorologi

KAMIS, 21 JANUARI 2021 | 01:18 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Dalam UU Cipta Kerja menghapus kewajiban bagi pemerintah untuk memastikam kecukupan kawasan hutan di setiap aliran sungai.

Adapun aturan yang dihapus berasal dari Pasal 18 ayat (2) UU 41/1999 tentang kehutanan.

Dalam UU Kehutanan itu mengharuskan pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai atau pulau, minimal 30 persen.


Koordinator Kampanye WALHI Nasional Edo Rakhman menyampaikan, UU Cipta Kerja yang menghapus kebijakan Pasal 18 ayat (2) UU 41/1999 ini merupakan karpet merah bagi para investor terutama investor tambang.

"Ini akan semakin memperparah ke depan bahwa UU  Cipta Kerja ini kita mengindikasikan sangat kuat akan semakin memperparah bencana hidrometeorlogis yang akan terjadi di Indonesia,” ucap Edo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (20/1).

Edo menambahkan khusus wilayah-wilayh yang memang langganan banjir setiap bulan Januari. UU tersebut akan memperparah luasan banjir.

Edo merujuk berdasarkan data BNPB  disebutkan di tahun 2015 bencana banjir banyak 90kali, kemudian di tahun 2016 ada 55 kali, sedangkan 2017 ada 107 kali.

“Hingga tahun 2020 kemarin misalnya ada 111 kali banjir, artinya ini sudah jadi peringatan, bahwa jangan melulu cuaca ekstrem curah hujan tinggi, itu juga akibat ulah manusia juga. Harusnya diarahkan ada faktor lain yang memperparah banjir kali ini,” katanya.

Pihaknya menegaskan, UU Cipta Kerja memberikan potensi yang cukup besar dalam memperparah iklim dan cuaca lantaran terkikisnya lahan perhutanan yang dialihfungsikan sebagai lahan tambang.

“Misalnya kita mau mengecek revisi UU Minerba indikasi kita yang harusnya korporasi tambang kontraknya sudah selesai dengan direvisinya UU Minerba otomatis bertambah diperpanjan lagi. Terus kapan istirahatnya alam kita mau dieksploitasi?” tegas Edo menutup.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya