Berita

Preside terpilih Amerika Serikat Joe Biden akan segera dilantik dna menjalankan tugasnya di Gedung Putih pada Rabu, 20 Januari 2021/Net

Dunia

Lima Pekerjaan Rumah Di Bidang Ekonomi AS Yang Perlu Dibenahi Joe Biden

RABU, 20 JANUARI 2021 | 14:20 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Hanya tinggal hitungan jam Joe Biden akan dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46, menggantikan Donald Trump.

Pelantikan tersebut akan disambut dengan suka cita oleh sejumlah pihak, terutama para pendukung Biden itu sendiri. Namun, setelah "pesta" usai, Biden harus mulai menjalankan tugasnya di Gedung Putih dengan sederet masalah dan pekerjaan rumah yang mendesak untuk ditangani, terutama di bidang ekonomi.

Biden sendiri telah mempersiapkan langkah-langkah jitu untuk mengisi bulan-bulan pertama kepemimpinannya dengan upaya mengatasi masalah ekonomi dan sosial yang muncul terutama akibat pandemi virus corona.


Biden siap untuk meminta dana 1,9 triliun dolar AS untuk meringankan dampak pandemi serta menjanjikan putaran kedua stimulus yang difokuskan pada investasi dalam infrastruktur, penelitian dan pengembangan, serta inisiatif ramah iklim untuk memulai perekonomian.

Lantas pekerjaan rumah apa saja yang mendesak untuk segera ditangani Biden di bidang ekonomi?

1. Memberikan bantuan ekonomi yang tepat di tengah pandemi Covid-19

Sejak memenangkan pemilihan presiden pada November lalu, Biden telah menjanjikan bantuan pandemi tambahan bagi warga Amerika Serikat yang membutuhkan.

Hal itu juga dikemukakan kembali oleh Biden pekan lalu dengan meluncurkan "Rencana Penyelamatan Amerika" senilai 1,9 triliun dolar AS. Dalam roposal bantuan tersebut, Biden akan memperluas tunjangan pengangguran dan menempatkan dana senilai 70 miliar dolar AS untuk pengujian virus corona dan distribusi vaksin.

"Tidak sulit untuk melihat kita berada di tengah krisis ekonomi yang terjadi sekali dalam beberapa generasi," kata Biden.

"Krisis penderitaan manusia yang mendalam sudah terlihat jelas dan tidak ada waktu untuk disia-siakan. Kita harus bertindak dan kita harus bertindak sekarang," sambungnya.

Dia menyebut bahwa rencananya ekonominya akan dengan cepat membantu warga Amerika Serikat yang membutuhkan.

"Ini membuat uang dengan cepat masuk ke kantong jutaan orang Amerika, yang akan membelanjakannya dengan cepat," tambahnya.

"Itu membantu perekonomian secara keseluruhan," sambung Biden seperti dikabarkan BBC.

2. Menaikkan upah minimum pekerja dan menaikkan pajak bagi pengusaha

Sejak kampanyenya, Biden telah menyerukan upah minimum naik sekitar 15 dolar AS dan memastikan bahwa perusahaan akan memberikan bagian yang adil bagi mereka.

Bukan hanya itu, Biden juga mendukung kenaikan pajak pada rumah tangga terkaya. Hal itu akan membalikkan kebijakan pendahulunya, Donald Trump yang justru memberikan pemotongan pajak kepada perusahaan, ketika tarif tertinggi turun dari 35 persem menjadi 21 persen.

"Itu hal yang benar bagi perekonomian kita," kata Biden beberapa waktu lalu.

"Itu hal yang adil dan itu hal yang layak untuk dilakukan," sambungnya.

3. Mendorong infrastruktur ramah iklim

Biden menempatkan bantuan pandemi sebagai prioritas ekonomi, kemudian kenaikan pajak di urutan selanjutnya, dan disusul dengan renncana pengeluaran besar-besaran untuk investasi dalam infrastruktur, penelitian dan prioritas lainnya, dengan penekanan pada barang-barang ramah iklim seperti stasiun pengisian untuk kendaraan listrik.

"Bayangkan menghadapi krisis iklim dengan pekerjaan Amerika dan kecerdikan memimpin dunia," kata Biden beberapa waktu lalu.

Biden menakankan bahwa sudah saatnya berhenti bicara mengenai infrastruktur dan mulai membangun infrastruktur itu sendiri agar Amerika Serikat bisa lebih kompetitif.

Menurut Biden, investasi infrastruktur adalah ide dengan banyak dukungan dari kelompok bisnis dan ide yang secara teori dapat menyatukan kaum konservatif dan liberal.

Namun bukan berarti rencana itu akan bisa dengan mudah dijalankankan. Karena membuat Kongres ikut serta untuk pengeluaran pekerjaan umum yang cukup besar lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

"Ini membuka lebih banyak ruang lingkup tetapi masih merupakan mayoritas yang sangat tipis," kata profesor di Harvard Kennedy School dan penasihat ekonomi di bawah mantan Presiden Barack Obama, Jason Furman.

"Anda tidak akan bisa melakukan semuanya," sambungnya.

4. Mengubah aturan soal imigrasi dan lingkungan


Biden diperkirakan kemungkinan besar akan memfokuskan kekuasaan eksekutifnya pada isu-isu seperti imigrasi dan lingkungan. Ini adalah dua area di mana dunia korporat sering terpisah semasa pemerintahan Donald Trump.

Semasa kampanye, Biden telah berjanji untuk segera membalikkan tindakan Trump, termasuk dengan bergabung kembali dengan Paris Climate Accord dan mengakhiri larangan perjalanan dari beberapa negara mayoritas Muslim.

5. Mencari solusi untuk masalah utang siswa (student debt)

Salah satu masalah ekonomi lain yang masih menggelayut di masyarakat Amerika Serikat adalah utang siswa atau stundent debt.

Sejauh ini belum jelas seberapa jauh Biden akan melangkah dalam menggunakan kekuasaan Gedung Putihnya untuk menangani masalah ini.

Namun para pemimpin Demokrat seperti Senator Elizabeth Warren dan Chuck Schumer telah mendorongnya untuk menandatangani perintah eksekutif yang menghapus utang mahasiswa hingga 50 ribu dolar AS kepada pemerintah federal.

Biden sejauh ini telah menolak seruan untuk secara sepihak membatalkan utang tersebut. Namun dia mendukung proposal legislatif untuk menghapus hingga 10 ribu dolar AS dalam pinjaman siswa federal.

"Beberapa tahun pertama pemerintahan Biden akan mendapati dirinya menghabiskan banyak waktu untuk mencoba menetapkan posisi kebijakan yang benar karena mereka tidak sepakat," kata ekonom Pippa Malmgren, yang bertugas di Gedung Putih semasa pemerintahan Presiden. George W Bush, seperti dikabarkan BBC.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya