Berita

Ilustrasi/RMOLNetwork

Politik

Merasa Tidak Dihargai, Puluhan Pengurus Desa Ajukan Mosi Tidak Percaya Kepada Ketua DPD Golkar Pangandaran

MINGGU, 03 JANUARI 2021 | 00:57 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Pasca pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020, puluhan Pengurus Desa (PD) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kabupaten Pangandaran ramai-ramai tandatangani petisi.

Mereka mengajukan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Ketua DPD Golkar Kabupaten Pangandaran, Muhammad Taufik Martin.

Salah seorang Ketua PD DPD Golkar Kabupaten Pangandaran, Suratman, mengaku sudah mengumpulkan 50 tandatangan Ketua PD se-Kabupaten Pangandaran dan bahkan sudah bersurat ke DPD Golkar Jawa Barat.


Menurutnya, para Ketua PD merasa merasa tidak dihargai oleh Ketua DPD. Selain itu ada beberapa faktor lain yang menyebabkan para Ketua PD mengajukan mosi tidak percaya.

“Ada beberapa poin yang menjadi sorotan kami pada masa jabatan Ketua DPD Golkar Pangandaran yang sekarang. Salah satunya masalah administrasi,” kata Suratman, Sabtu (2/1), dikutip Kantor Berita RMOLJabar.

Dalam urusan administrasi, lanjut Suratman, DPD tidak pernah mengeluarkan Surat Keputusan bagi para PD. Sehingga, para pengurus di desa menjalankan roda organisasi hanya melalui mandatori lisan saja.

“Kami juga tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan strategis partai. Bahkan selama Pak Taufiq menjabat Ketua DPD, kami hanya ngumpul saat mau Pilkada kemarin saja. Kok organisasi musiman gini?” paparnya.

Lebih lanjut, Suratman juga menyinggung persoalan Pemilihan Legislatif pada 2019 karena calon dari Golkar di Pangandaran tidak memenuhi kuota yang telah disediakan di tiap daerah pemilihan.

“Ini jelas memalukan. Golkar seperti tidak punya kader atau simpatisan. Padahal kan kalau hanya untuk memenuhi kuota caleg saja Golkar punya militansi tinggi dan mampu untuk hal ini,” jelas Suratman.

Kegagalan Ketua DPD Golkar Pangandaran saat ini, imbuh Suratman, juga dirasakan pada saat pelaksanaan Pilkada Pangandaran kemarin. Arogansi ketua, dirasa sangat tinggi sehingga mengakibatkan timbulnya faksi-faksi dan perpecahan di tubuh partai.

“Kemarin saat Pilkada kan banyak sekali kader yang malah nyebrang mendukung calon lain. Padahal Golkar punya calon sendiri. Ya ini dasarnya kenapa kami menyebut terkesan arogan bahkan otoriter,“ tegasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya