Berita

Ilusrasi/Net

Dunia

Prancis Majukan Jam Malam Menjadi Pukul 18.00 Di 15 Wilayah Yang Memiliki Kasus Covid Tertinggi

SABTU, 02 JANUARI 2021 | 07:06 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Prancis semakin memperketat aturan jam malam untuk mencegah penyebaran virus corona. Pada Jumat (1/1) otoritas mengumumkan bahwa jam malam dimajukan dua jam dari sebelumnya, di 15 wilayah yang paling parah terkena infeksi, berlaku mulai Sabtu (2/1).

Jam malam di daerah yang dimaksud, kebanyakan di timur laut dan tenggara, menjadi pukul 18.00, bukan pukul 20.00 yang berlaku di bagian lain negara itu, kata juru bicara pemerintah Gabriel Attal.

"Virus terus beredar di Prancis dengan disparitas antar wilayah," kata Attal saat mengumumkan pemberlakuan baru tentang jam malam, di saluran televisi TF1.


"Dalam seminggu, kami akan memeriksa dampak (tindakan) dan peredaran virus dan pembatasan ini akan dikaji ulang," katanya.

Jika situasi semakin memburuk di wilayah tertentu, maka pemerintah akan mengambil langkah yang diperlukan.

Pada Jumat, Prancis memiliki kasus infeksi Covid-19 tertinggi kelima di dunia, dengan total 2,639,773 dan jumlah kematian mencapai 64,765

Kasus harian mengalami lonjakan sejak beberapa hari belakangan. Pada Kamis, Prancis mencatat penambahan kasus baru sebanyak 19,927 dalam dalam waktu 24 jam. Sementara pada Jumat (1/1), Prancis
mencatat kasus baru sebanyak 19,348 hanya dalam 24 jam.

Penambahan itu semakin menguatkan kekhawatiran otoritas terkait.

Negara ini melakukan lockdown pertama dari Maret hingga Mei, diikuti oleh lockdown lainnya yang tidak terlalu ketat dari 30 Oktober hingga 14 Desember.

Bisnis tetap buka walau ada aturan ketat pembatasan, sementara restoran, bar dan bioskop tetap tutup. Jam malam nasional diberlakukan untuk membendung penyebaran penyakit.

Saat dunia sedang berjuang untuk mengatasi pandemi, vaksinasi sedang dilakukan di beberapa negara dengan vaksin virus corona yang sudah disahkan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya