Berita

Willem Wandik/Net

Publika

Menantikan Tegaknya Hukum Dan Keadilan Bagi Setiap Orang

SENIN, 28 DESEMBER 2020 | 23:02 WIB

SETIAP tanggal 25 Desember, umat Kristen di seluruh dunia merayakan hari yang begitu mulia, hari dimana Yesus Kristus lahir, tidak tersentuh oleh dosa dunia dan dosa turunan dari manusia pertama Adam.

Kelahiran Yesus yang suci ini, sesungguhnya membawa rahmat/berkat kepada seluruh manusia, alam semesta, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Bumi sebagai tempat tinggal manusia pertama Adam dan keturunannya, telah lama mewariskan dosa dan kejahatan turunan. Yesus lahir untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dan alam semesta, dari dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia, yang tidak jarang ikut merusak kehidupan makhluk lainnya di permukaan bumi.

Yesus lahir menjadi isyarat akan datangnya Hukum Tuhan yang suci. Dengan hukum-Nya itulah, manusia dibebaskan dari penderitaan, kemunafikan, kepura-puraan, penindasan, dan ketidakadilan.

Dalam konteks Indonesia, secara khusus melihat potret kehidupan bernegara dan berbangsa di sepanjang tahun 2020.

Kita masih mendengar rintihan rakyat yang ketakutan akan hukum yang tidak adil. Bedil dan pisau hukum diarahkan kepada mereka yang berseberangan pikiran dengan kekuasaan.
Kemanusiaan ikut menghilang dengan tragedi saling bunuh di antara anak bangsa seperti yang terjadi dalam operasi militer di Tanah Papua.

Dalam ruang paralel yang sama, kita juga melihat praktik penegakan hukum yang dipertontonkan di hadapan publik sarat dengan  kepentingan kekuasaan.

Rakyat dan orang-orang yang kritis sudah mulai ketakutan dan dibatasi untuk bersuara (takut akan dilaporkan dan dikriminalisasi).

Kebebasan dan kemerdekaan pers juga semakin dipertanyakan, karena ditemukan media-media yang justru menjalin hubungan yang mesra dengan simpul-simpul kekuasaan. Bahkan media ikut serta dalam upaya menjadi alat propaganda kekuasaan.

Natal di tahun 2020, sejatinya kita sedang merayakan apa? Bukankah Tuhan Yesus, telah berjanji akan menyempurnakan keadilan yang memerdekakan manusia dari perbudakan, sebagaimana yang dikabarkan dalam Injil pada kitab Matius pasal 5 ayat 17 sampai 37.

Natal telah secara sempurna, membawa terang dalam gelap. Membawa adil dalam ketidakadilan. Membawa hukum dalam kesewenang-wenangan. Membawa kasih dalam kebencian hati para pendosa dan pencuri.

Sebagai manusia, umat Kristen yang sedang merayakan Natal dan lahirnya Tuhan Yesus ke dunia yang penuh dosa ini, apakah kita semua memilih berjalan di tempat yang gelap atau membawa terang di dalam gelap?

Sesungguhnya kegelapan itu adalah ketidakadilan dan penyimpangan hukum. Kegelapan itu juga bermakna "membiarkan manusia berseragam yang menggenggam hukum untuk membunuh rakyat sipil yang tidak berdaya".

Kegelapan itu juga adalah membiarkan kasus penghilangan paksa masyarakat adat, Gereja, penduduk Orang Asli Papua (OAP), mati dalam konflik berkepanjangan di Tanah Papua dalam sebuah operasi militer yang tidak pernah berakhir.

Mari kita semua menerima kebenaran Natal. Menerima datangnya cahaya kebenaran. Mengutamakan cinta dan kasih terhadap sesama manusia. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan mencintai hukum serta keadilan bagi semua umat Tuhan.

Pada dasarnya, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini, telah diberikan kemerdekaan asasi. Kemerdekaan untuk bebas mempertahankan hak hidupnya.

Sejalan dengan itu, maka prinsip kemerdekaan dan demokrasi yang dimiliki oleh rakyat sipil dalam konteks bernegara, seharusnya ikut dijaga dan dipelihara oleh kekuasaan yang diberi mandat oleh rakyat melalui Pemilu.

Pengekangan hak demokrasi dan hak berpendapat, ke dalam bentuk rumusan pasal-pasal pidana, justru dapat membahayakan "keimanan" orang-orang kecil yang hendak menyampaikan peringatan kepada mereka yang memegang kendali kekuasaan.

Kita seharusnya menyadari dengan penuh iman, bahwa sesungguhnya, kekuasaan manusia di muka bumi, merupakan refleksi dari kekuasaan yang diberikan oleh Tuhan Sang Pencipta.

Manusia dapat berkuasa melalui kehendak bebas dan hukum alam yang berlaku di dunia, namun pada waktu-Nya, seluruh perbuatan manusia akan diadili oleh Tuhan yang memiliki hakikat kekuasaan dan hukum yang sejati.

Willem Wandik, S.Sos
Penulis adalah Ketua Umum DPP GAMKI, Anggota MPR/DPR RI Dapil Papua

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya