Berita

Empat agen Blackwater yang mendapat grasi dari Presiden Donald Trump/Net

Dunia

Warga Irak Ramai-ramai Keroyok Trump Gara-gara Beri Grasi Untuk Empat Agen Blackwater

KAMIS, 24 DESEMBER 2020 | 17:03 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Irak dibuat marah dengan langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberikan grasi kepada empat agen Blackwater. Pasalnya keempat orang tersebut telah membunuh setidaknya 14 warga sipil Irak.

Kementerian Luar Negeri Irak pada Rabu (23/12) mengatakan langkah Trump tidak mempertimbangkan kejahatan yang telah dilakukan oleh mereka. Irak pun meminta AS untuk mempertimbangkan kembali pemberian grasi tersebut.

Warga Irak pun ikut menyatakan kekesalan mereka dengan keputusan Trump, seperti dikutip Al Jazeera.

"Perusahaan Blackwater terkenal membunuh warga Irak di Nisour Square. Hari ini kami mendengar mereka dibebaskan atas perintah pribadi Presiden Trump, seolah-olah mereka tidak peduli dengan darah Irak yang tumpah," ujar seorang warga di Baghdad, Saleh Abed.

"Saya tahu kita tidak akan pernah mendapatkan keadilan," ucap seorang petugas polisi di Irak, Fares Saadi.

"Sejauh yang mereka ketahui, darah kami lebih murah daripada air, dan tuntutan kami untuk keadilan serta akuntabilitas hanyalah gangguan," tutur seorang mahasiswa yang temannya menjadi korban kekejaman Blackwater.

Di samping itu, kantor hak asasi manusia PBB juga menyatakan keprihatinannya atas keputusan Trump.

Bahkan pensiunan jenderal AS yang bertugas di Irak, Mark Hertling menyebut grasi tersebut mengerikan dan menjijikan.

Empat agen Blackwater yang diberikan grasi oleh Trump adalah Paul Slough, Evan Liberty, Dustin Heard, dan Nicholas Slatten. Mereka dihukum pada 2014 setelah menjalani persidangan selama berbulan-bulan.

Slough, Liberty, dan Heard dijatuhi hukuman 30 tahun penjara. Sementara Slatten divonis hukumen seumur hidup.

Mereka merupakan dalang pembunuhan dari konvoi kendaraan lapis baja yang mengawal pejabat kedutaan AS. Mereka melepaskan tembakan ke kerumunan warga sipil Irak yang tidak bersenjata dalam sebuah insiden yang kemudian dikenal sebagai pembantaian Nisour Square.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya