Berita

Asisten Profesor di Jawaharhal Nehru University, Dr. Gautam Kumar Jha dalam diskusi virtual RMOl World View bertajuk "Menjawab Tantangan Global Bersama Pasca Pandemi", Senin, 21 Desember 2020/RMOL

Dunia

Pakar Politik Islam India: Indonesia Tak Perlu Impor Solusi Untuk Intoleransi

SENIN, 21 DESEMBER 2020 | 13:46 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Isu intoleransi kembali mencuat ke permukaan dan menjadi tantangan nyata di tengah pandemi. Tetapi isu intoleransi sendiri pada dasarnya lebih kuat di bawah permukaan.

Begitu yang disampaikan oleh Asisten Profesor di Jawaharhal Nehru University, Dr. Gautam Kumar Jha dalam diskusi virtual RMOl World View bertajuk "Menjawab Tantangan Global Bersama Pasca Pandemi", Senin (21/12).

Gautam menuturkan, baik Indonesia dan India memiliki persoalan dalam hal intoleransi tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Intoleransi India terjadi di antara negara-negara tetangga, sementara Indonesia di dalam negeri.

"Intoleransi kami (India) itu tampak secara langsung dari luar negeri, Anda pasti mengerti maksudnya. Kami punya tetangga yang luar biasa baik sekali, itu adalah China, yang kedua Pakistan," ujar Gautam.

Di sisi lain, Gautam melanjutkan, Indonesia adalah negara yang memiliki ribuan etnis dan bahasa. Setiap suku di Indonesia memiliki kearifan lokal tersendiri.

Indonesia bahkan memiliki banyak agama, walaupun yang secara resmi diakui oleh Pancasila hanya enam.

"Saya sendiri punya pengalaman pergi ke tempat-tempat lain seperti Manado, Makasar, Bengkulu, Lombok, Jawa, Bali, dan lainnya. Saya lihat setiap suku etnis punya tujuan hidup yang berbeda, juga ada komunal," jelas pakar politik Islam itu.

Walaupun 88 persen penduduk Indonesia beragama Muslim, ia mengatakan, setiap muslim memiliki pandangan yang berbeda.

"Indonesia sudah menjadi negara akomodatif Islam. Islam yang dipadukan dengan budaya. Islam memberikan penghormatan lebih," tambahnya.

Sementara itu, di tengah pandemi sendiri, Gautam menyebut ada oknum-oknum yang kerap memicu intoleransi demi keuntungan mereka. Hal tersebut yang harus disadari dan diwaspadai oleh Indonesia dan idnia.

"Kami (India) juga sedang mengalami intoleransi. Tapi kalau ada unsur-unsur radikal di India, kami kerjakan cepat sekali. Kami tidak menunggu. Kami cari sumber intoleransinya dan itu cepat," tuturnya.

"Saya pikir Indonesia mempunyai solusi untuk setiap masalah. Indonesia tidak perlu mengimpor solusi dari negara lain. Contohnya gotong royong," imbuh dia.

Penanganan intoleransi sendiri menurut Gautam akan sangat penting bagi keberlanjutan negara, termasuk ekonomi. Mengingat investasi tidak akan datang jika negara tidak aman.

"Saya pikir indonesia sudah punya civil society yang baik sekali," tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya