Berita

Vaksin Sinovac/Net

Publika

Vaksin Sinovac Yang Menakutkan

KAMIS, 17 DESEMBER 2020 | 11:20 WIB

VAKSIN Covid 19 "Sinovac" produk Beijing China telah tiba pada 6 Desember 2020 sejumlah 1,2 juta dosis. Masih ditunggu 1,8 juta dosis di bulan Januari 2021.

Agenda berikut adalah penyuntikan warga masyarakat. Tahap ini menjadi persoalan besar akibat tidak mudah menentukan komunitas mana yang siap untuk awal disuntik. Masih tinggi tingkat kekhawatiran atas risiko penyuntikan vaksin China itu.

IDI saja kisruh pro kontra tenaga kesehatan untuk menjadi pihak yang awal disuntik. Presiden dan Menteri belum jelas kesiapan untuk menjadi relawan perdana.


Nah, pada tingkat elit saja bersikap ragu apalagi masyarakat kebanyakan. Jika vaksin ini ternyata berbahaya maka tentu banyak warga khususnya elemen strategis dapat terdampak.

Beberapa pihak, termasuk anggota DPR, menyatakan lebih percaya pada vaksin produk Amerika Pfizer-BioNTech. Baru-baru ini Singapura mempertontonkan penyuntikan vaksin produk Pfizer pertama kepada Perdana Mentri Lee Hsien Loong.

Meskipun pengaruh China besar terhadap negara Singapura akan tetapi mereka lebih percaya pada vaksin Pfizer Amerika. Malaysia juga memesan vaksin Pfizer-BioNTech Amerika.

Ketakutan akan vaksin China Sinovac ini cukup beralasan, mungkin beberapa hal :

Pertama, telah menjadi citra produk China selalu berkualitas rendah "KW 3" biasa harga lebih murah. Sering dimaknai "aspal". Imej ini tertanam di masyarakat.

Kedua, kemanjuran belum teruji. Negara pemakai Sinovac China masih tahap uji klinis. BPOM Brazil meragukan dan mempertanyakan kualitas Sinovac dengan menunda impor.

Ketiga, di negara asal virus yaitu China belum ada kampanye kesuksesan penggunaan vaksin Sinovac. Bahkan adanya model mutasi baru virus corona dinilai mengkhawatirkan dan dapat  memperpanjang penelitian untuk vaksin yang lebih baru.

Keempat, ternyata negara China sendiri justru akan membeli vaksin dari perusahaan Jerman BioNTech yang bekerjasama dengan perusahaan Amerika Pfizer Inc. Sebanyak 100 Juta dosis dipesan.

Keempat, imunogenik Sinovac tidak terlalu kuat sehingga perlu lebih dari satu kali suntikan. Uji tahap tiga di Indonesia sendiri belum tuntas, sehingga masih menunggu kemanjuran dan keamanannya.

Di tengah penanganan pandemi yang inkonsisten atau "angin-anginan" antara ketat dan longgar yang digantungkan pada kepentingan politik, lalu diskriminasi dalam penindakan, serta masih adanya masyarakat yang berkeyakinan Covid 19 hanya "konspirasi global", maka soal vaksin pun menjadi stigmatik dan skeptik.

Nah, persoalannya jika masyarakat atau rakyat menjadi lebih takut vaksin daripada virus Corona-nya sendiri maka akan menjadi masalah besar bagi negara. Bisakah dengan pemaksaan melalui denda besar? Tidak semudah itu, karena untuk pengaturan sanksi itu harus diatur dalam ketentuan setingkat undang-undang.

Berapa pula nilai pemborosan keuangan negara jika vaksin Sinovac yang berjumlah jutaan dosis yang sudah dipesan dari negara China ternyata tidak dapat digunakan sesuai target? Ini akibat dari kebijakan baik pilihan vaksin maupun persiapan yang tidak matang atau mungkin nuansa bisnis lebih dominan daripada kemanusiaan. Pemerintah harus bertanggungjawab.

Saatnya Presiden dan petinggi negara menjadi kluster pertama untuk penyuntikan vaksin Sinovac. Jika selamat, maka dipastikan rakyat akan berbondong-bondong untuk siap divaksin.

Ing ngarso sung tulodho-di depan memberi tauladan!

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan kebangsaan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya