Berita

Gde Siriana Yusuf/Net

Publika

Korupsi Di Indonesia: Kegagalan Sistem Menekan Korupsi

SENIN, 07 DESEMBER 2020 | 08:43 WIB

TERKAIT dua Menterinya telah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus korupsi, Presiden Jokowi tidak cukup hanya menunjukkan kemarahan atau menjelaskan kepada publik bahwa dia sudah peringatkan para menterinya agar tidak melakukan korupsi.

Bagaimanapun juga, Menteri adalah pembantu Presiden. Ada tanggung jawab moral dan sistemik bahwa korupsi yang terjadi adalah bagian dari kinerja pemerintahan Jokowi.

Sebagai contoh, Menteri Negara Ekonomi & Kebijakan Fiskal Jepang di era Shinzo Abe, Akira Amari, mundur dari kabinet karena stafnya korupsi.


Presiden Jokowi harus paham bahwa selama reformasi, mekanisme pencegahan internal (termasuk peringatannya kepada para menteri) tidak akan efektif menekan kasus korupsi.

Selain itu, kasus korupsi jangan dilihat sebagai "permainan" individu. Korupsi selama ini tak pernah hilang karena sistem yang ada tidak mampu lagi untuk mengendalikannya.

Imun sistem sudah tidak kuat melawan infeksi korupsi. Seorang Menteri, apalagi juga sebagai kader Parpol, tentunya sudah atau mudah mendapatkan dukungan atau perlindungan dari individu elite parpolnya agar aman tak tersentuh ketika melakukan korupsi.

Tapi yang tampak sekarang ini situasinya, baik Presiden maupun Partainya, seperti seorang bapak yang ngomelin anaknya di depan tetangga yang barang di rumahnya dicuri anaknya.

Apakah cukup dengan sikap seperti itu? Semua lepas tangan dari tanggung jawab moral dan sistemik atas perbuatan korupsi anak buah atau kader.

Tindakan-tindakan KPK dalam OTT atau penetapan tersangka adalah independen & bebas dari intervensi kekuasaan. KPK tidak dapat dikendalikan pemerintah atau DPR.

Bagaimanapun juga publik melihatnya bahwa para pembantu Jokowi lah yang menjadi target KPK. Yang terlihat jelas oleh publik bahwa yang korupsi itu adalah eksekutif, Menteri yang pembantunya Presiden, juga berasal dari Parpol.

Jadi penangkapan dan penetapan status tersangka pada 2 menteri Jokowi bukan prestasi pemerintahan jokowi. Bravo KPK.

Gde Siriana Yusuf

Direktur Indonesia Future Studies (INFUS)

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya