Ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh/Net
Banyak orang, termasuk warga Iran, tidak mengetahui sosok Mohsen Fakhrizadeh hingga sebuah aksi pembunuhan menargetkan dirinya pada Jumat (27/11).
Ilmuwan Iran tersebut dikabarkan menjadi sosok yang berperan penting dalam program nuklir negara itu.
Bahkan peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis London, Mark Fitzpatrick menyebut program nuklir Iran sudah lama bertumpu pada sosok Fakhrizadeh.
Ia bahkan mendapatkan beberapa pengawal karena perannya yang besar bagi Iran.
Dikutip dari
BBC pada Minggu (29/11), Fitzpatrick berpendapat, setidaknya ada dua motif yang menonjol dalam pembunuhan tersebut.
"Pertama, membahayakan potensi peningkatan hubungan antara Iran dan pemerintahan baru Joe Biden di AS. Dan, kedua, mendorong Iran untuk melakukan tindakan pembalasan," lapor
BBC.
Presiden Iran Hassan Rouhani sendiri menuding pembunuhan tersebut dilakukan oleh Israel dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang khawatir dengan perubahan politik di Negeri Paman Sam.
"Musuh-musuh mengalami pekan-pekan yang menegangkan. Mereka sadar bahwa situasi global sedang berubah, dan berusaha memanfaatkan hari-hari ini untuk menciptakan kondisi yang tidak stabil di kawasan," kata Rouhani.
Dalam beberapa kesempatan, Biden sebagai presiden terpilih telah mengindikasikan akan kembali bergabung dengan kesepakatan nuklir Iran yang ditinggalkan Trump pada 2018.
Rencana tersebut memicu kritikan dari Israel, dan kekhawatiran Arab Saudi.
Pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dikabarkan bertemu secara rahasia di Neom untuk membahas Iran.
Meski begitu, pertemuan itu disanggah oleh pihak Arab Saudi.