Berita

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto/Net

Politik

Dedi Kurnia: Peringatan Panglima TNI Soal Arab Spring Berlebihan

MINGGU, 22 NOVEMBER 2020 | 19:46 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dinilai lambat laju berpikirnya untuk merespon gerakan sosial politik melalui media sosial.

Begitu yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, merespon pernyataan Panglima TNI Hadi yang menyebut Indonesia akan menjadi Arab Spring.

"Pernyataan Panglima bisa dipahami dua hal. Pertama, Panglima terlalu lambat merespon media sosial, gerakan sosial politik melalui media sosial sudah berlangsung lama di banyak negara, menyadari imbas itu hari ini menandai lambatnya laju berpikir Panglima," ujar Dedi Kurnia kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/11).

Kedua sambung Dedi, kekhawatiran Marsekal Hadi atas Indonesia akan menjadi Arab Spring dinilai terlalu berlebihan.

"Terlalu berlebihan, kita berbeda dari dua sisi, sosiologi demokrasi dan geopolitik. Menyandingkan iklim politik Indonesia dengan negara-negara Arab terlalu jauh," pungkas Dedi.

Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menilai, media sosial bisa jadi alat propaganda seperti fenomena Arab Spring. Sehingga, masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi dari medsos.

"Media sosial yang lahir karena adanya dunia maya, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain-lain ternyata dapat pula dijadikan sebagai alat komunikasi politik," kata Marsekal Hadi, dalam keterangannya, Minggu (22/11).

Peringatan itu, kata Marsekal Hadi, perlu disampaikan karena media sosial menjadi alat yang mudah dan berjangkauan luas untuk melakukan berbagai gerakan sosial politik di berbagai negara.

"Salah satu contoh peran dunia maya sebagai media gerakan sosial politik adalah fenomena Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara satu dekade yang lalu," sambungnya.

Populer

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Rusia Pakai Rudal Siluman Rahasia untuk Bombardir Infrastruktur Energi Ukraina

Jumat, 12 April 2024 | 16:58

Pemberontak Menang, Pasukan Junta Ngacir Keluar Perbatasan Myawaddy

Kamis, 11 April 2024 | 19:15

Megawati Peringatkan Bakal Terjadi Guncangan Politik Setelah Jokowi Jadi Malin Kundang

Kamis, 11 April 2024 | 18:23

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

UPDATE

TKN Bentuk Satgas Antisipasi Kehadiran Relawan dan Pendukung di MK

Jumat, 19 April 2024 | 23:32

Jawab Berbagai Tuduhan Miring, PT NDK Resmi Bubar Sesuai Hukum

Jumat, 19 April 2024 | 23:05

Gara-gara Peta Maroko, Kesebelasan Renaissance dari Berkane Dilarang Masuk Aljazair

Jumat, 19 April 2024 | 23:04

Bukan Farhan, Nasdem Ternyata Siapkan Sosok Ini untuk Pilwalkot Bandung

Jumat, 19 April 2024 | 22:49

Prabowo Minta Pendukung Tidak Turun Aksi saat Putusan MK

Jumat, 19 April 2024 | 22:34

Relawan Desak MK Buka Jalan Kemenangan Prabowo-Gibran

Jumat, 19 April 2024 | 22:05

Bertemu Menkeu Selandia Baru, Sri Mulyani Tukar Cerita Soal Kelola APBN

Jumat, 19 April 2024 | 21:58

Buntut Serangan ke Israel, AS Batasi Akses Teknologi Iran

Jumat, 19 April 2024 | 21:40

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

Ajukan Peninjauan Kembali, PT BMI Bawa 7 Bukti Baru

Jumat, 19 April 2024 | 21:33

Selengkapnya