Berita

Latvia terletak di kawasan Baltik, Eropa Utara, yang berbatasan dengan Estonia dan Rusia/Net

Histoire

Menumpas Dua Kekuatan Asing, Bangsa Latvia Jatuh Bangun Pertahankan Kedaulatannya

RABU, 18 NOVEMBER 2020 | 06:01 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Baru beberapa hari Latvia memproklamasikan kemerdekaannya ketika tentara Soviet menyerbu republik itu pada 1 Desember 1918. Selama abad 19, rakyat Latvia jatuh bangun mempertahankan negaranya dari penjajahan dua kekuatan asing; Soviet dan Jerman.

Selama seperempat terakhir abad ke-19, kebangkitan nasional melonjak di seluruh wilayah Latvia. Universitas dan lembaga nasional lainnya didirikan. Ide tentang negara Latvia merdeka dibahas secara terbuka selama Revolusi Rusia 1917.

Revolusi ini yang ditimbulkan secara bersamaan oleh kelompok-kelompok sosial dan nasional, menjadi saksi tentang kekuatan reaksi Latvia terhadap tekanan ekonomi dan politik dari kekuatan Jerman dan Rusia.

Konferensi Politik Nasional Latvia di Riga berusaha meminta otonomi politik penuh. Namun, pada 3 September tahun itu, tentara Jerman merebut Riga, ibu kota negara Latvia. Riga yang terletak di pesisir Laut Baltik di muara Sungai Daugava, merupaka kota terbesar di kawasan Baltik.

Tak ingin berlama-lama berada dalam tekanan, Dewan Rakyat Latvia akhirnya memproklamasikan kemerdekaan Republik Latvia pada 18 November 1918 dan membentuk Pemerintahan Sementara Latvia yang dipimpin oleh Karlis Ulmanis.

Namun, republik yang baru diproklamasikan itu diserang oleh Soviet pada 1 Desember 1918. Sebagian besar tentara penyerang itu justru berasal dari Tentara Merah Latvia. Tentara merah kemudian merebut Riga pada 3 Januaria 1919.

Dengan direbutnya ibu kota negara, pemerintahan Ulmanis pun pindah ke Liepaja di mana mereka dilindungi oleh skuadron angkatan laut Inggris. Namun, Liepaja masih diduduki oleh pasukan Jerman yang selama itu diandalkan oleh Sekutu untuk mempertahankan Prusia Timur dan Courland (Kurzeme) dari serangan Tentara Merah.

Komandan mereka, Jenderal Rudiger von der Goltz, bermaksud membangun Latvia yang dikuasai Jerman dan menjadikannya pangkalan operasi Jerman dalam perang melawan Soviet. Niat ini menimbulkan konflik dengan pemerintah Latvia merdeka yang didukung oleh Sekutu.

Pada 22 Mei 1919, ganti Goltz yang berhasil merebut Riga. Inggris pun memaksa Jerman untuk meninggalkan Riga, tempat pemerintah Ulmanis kembali pada bulan Juli, seperti dikutip dari Britannica.

Tentara Merah, yang diserang dari utara oleh orang Estonia, telah mundur dari Latvia.

Pada bulan Juli 1919 Inggris menuntut pasukan Jerman mundur ke Prusia Timur. Goltz kemudian membentuk tentara 'Rusia Barat', yang secara sistematis diperkuat oleh unit sukarelawan Jerman.

Pada 8 Oktober, Bermondt-Avalov menyerang pasukan Latvia dan menduduki pinggiran kota Riga. Latvia, dengan dibantu oleh artileri skuadron angkatan laut Anglo-Prancis yang bekerja sama dengan pasukan Estonia, kemudian dapat mengalahkan pasukan Goltz dan Bermondt-Avalov.

Pada Desember 1919 semua pasukan Jerman telah meninggalkan Latvia, sementara soviet bersedia membuat Perjanjian Perdamaian Latvia-Soviet pada 11 Agustus 1920.

Kemerdekaan Latvia memang diperoleh dengan susah payah. Meski telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 18 November 1918, nyatanya Latvia terus diserang dan dikuasai oleh dua kekuatan selama bertahun-tahun setelahnya.

Latvia diduduki dan dikuasai Uni Soviet pada periode 1940-1941, dan 1945-1991. Bukan hanya Soviet, dalam waktu bersamaan, Jerman Nazi juga menguasai Latvia pada periode 1941-1945.

Latvia kemudian menyatakan pemulihan kemerdekaannya secara de facto pada 21 Agustus 1991.

Latvia terletak di kawasan Baltik, Eropa Utara, yang berbatasan dengan Estonia di utara, dengan Lithuania di selatan, dengan Rusia di timur, dan dengan Belarus di tenggara.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

KSST Yakin KPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Korupsi Libatkan Jampidsus

Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47

UPDATE

HUT Ke-17 Partai Gerindra, Hergun: Momentum Refleksi dan Meneguhkan Semangat Berjuang Tiada Akhir

Senin, 03 Februari 2025 | 11:35

Rupiah hingga Mata Uang Asing Kompak ke Zona Merah, Trump Effect?

Senin, 03 Februari 2025 | 11:16

Kuba Kecam Langkah AS Perketat Blokade Ekonomi

Senin, 03 Februari 2025 | 11:07

Patwal Pejabat Bikin Gerah, Publik Desak Regulasi Diubah

Senin, 03 Februari 2025 | 10:58

Kebijakan Bahlil Larang Pengecer Jual Gas Melon Susahkan Konsumen dan Matikan UKM

Senin, 03 Februari 2025 | 10:44

Tentang Virus HMPV, Apa yang Disembunyikan Tiongkok dari WHO

Senin, 03 Februari 2025 | 10:42

Putus Rantai Penyebaran PMK, Seluruh Pasar Hewan di Rembang Ditutup Sementara

Senin, 03 Februari 2025 | 10:33

Harga Emas Antam Merosot, Satu Gram Jadi Segini

Senin, 03 Februari 2025 | 09:58

Santorini Yunani Diguncang 200 Gempa, Penduduk Diminta Jauhi Perairan

Senin, 03 Februari 2025 | 09:41

Kapolrestabes Semarang Bakal Proses Hukum Seorang Warga dan Dua Anggota Bila Terbukti Memeras

Senin, 03 Februari 2025 | 09:39

Selengkapnya