Berita

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan/Net

Dunia

Erdogan: Jika Kena Embargo Senjata, Turki Mampu Memproduksinya Sendiri

JUMAT, 13 NOVEMBER 2020 | 11:41 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Turki tidak takut dengan ancaman embargo senjata yang diperingatkan oleh Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara lain. Itu karena Turki sudah mengembangkan industri pertahanan mandiri secara signifikan.

Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Kamis malam (12/11) mengatakan, Turki mampu mengatasi konsekuensi embargo senjata karena dapat memproduksinya sendiri.

Erdogan menjelaskan, pada 2002, Turki sudah menyelesaikan 62 proyek pertahanan dan terus berkembang hingga mencapai 700 pada saat ini.

"Kami telah meningkatkan anggaran proyek-proyek pertahanan kami dari 5,5 miliar dolar AS menjadi 60 miliar dolar AS," kata Erdogan, seperti dikutip Sputnik.

"Tujuh perusahaan Turki masuk dalam daftar perusahaan pertahanan terbesar di dunia. Turki mampu mengatasi semua kesulitan yang ditimbulkan oleh pemasok asing, embargo mereka yang tersembunyi dan terbuka," lanjut dia.

Ia menekankan, Turki berhasil meluncurkan produksi kamera untuk drone setelah Kanada memberlakukan embargo senjata atas keterlibatan Ankara dalam konflik di Nagorno-Karabakh.

Bulan lalu, AS memperingatkan akan adanya "konsekuensi serius" terhadap hubungan keamanan antara Washington dan Ankara jika Turki terus melanjutkan aktivitas pengujiannya yang melibatkan sistem pertahanan udara yang dirancang Rusia.

Pada 2019, Washington mengeluarkan Ankara dari program F-35 setelah Turki memutuskan untuk membeli sistem pertahanan udara S-400, menandatangani kontrak 2,5 miliar dolar AS dengan Rusia pada 2017, yang berkontribusi pada penurunan tajam dalam hubungan AS-Turki.

AS juga memperingatkan bahwa pengiriman S-400 Turki akan menghancurkan, tidak hanya untuk program F-35.

"Ini berpotensi merusak interoperabilitas Turki dengan NATO, karena S-400 secara khusus dirancang untuk menembak jatuh pesawat seperti F-35," kata Washington.

AS sendiri telah menentang perjanjian tersebut dan menuntut agar Turki membuang S-400 dan membeli sistem Patriot AS sebagai gantinya.

Meski begitu, Ankara dan Moskow sama-sama melanjutkan negosiasi pada batch tambahan S-400. Turki telah menerima 36 unit S-400 dan lebih dari 192 rudal.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya