Berita

Kamboja menghancurkan fasilitas pemeliharaan kapal di Ream yang dibangun oleh AS/Net

Dunia

Kamboja Kedapatan Hancurkan Lagi Fasilitas Militer AS, Spekulasi Beralih Ke China Makin Kuat

SELASA, 10 NOVEMBER 2020 | 09:57 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kamboja kembali mengancurkan fasilitas yang telah dibangun Amerika Serikat (AS) di pangkalan militernya, memperkuat indikasi bahwa Phnom Penh akan beralih ke China.

Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di AS pada Senin (9/11) merilis gambar-gambar citra satelit di Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja.

Dalam gambar yang diambil pada 1 Oktober, fasilitas pemeliharaan Rigid-Hulled Inflatable Boat (RHIB) atau perahu cepat yang dibangun oleh AS masih tampak terlihat.

Namun fasilitas tersebut tidak ada dalam gambar yang diambil pada 4 November.

Mengutip Reuters, CSIS mengatakan, bangunan perawatan kapal dirobohkan secara bertahap, tidak hanya dirobohkan.

Kantor Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen mengklaim fasilitas tersebut tengah direlokasi. Tetapi klaim tersebut tidak meyakinkan mengingat fasilitas pemeliharaan baru berusia tiga tahun.

Selain fasilitas pemeliharaan kapal, pada bulan lalu, Pentagon juga menyatakan keprihatinannya atas adanya laporan bahwa fasilitas markas taktis Angkatan Laut Kamboja yang didanai AS di Ream, tepat sebelah fasilitas kapal, juga telah dihancurkan.

Tahun lalu, Pentagon mempertanyakan alasan Kamboja menolak tawaran AS untuk memperbaiki pangkalan tersebut.

Keputusan pemerintah Kamboja itu meningkatkan spekulasi adanya rencana untuk menampung militer AS di sana. Tetapi pemerintah Kamboja mengatakan, fasilitas markas yang dihancurkan akan dipindahkan dan kemungkinan diperluas.

Kamboja berulang kali membantah laporan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan rahasia untuk membiarkan Beijing menempatkan pasukan di pangkalan itu.

Sejauh ini, Kedutaan Kamboja dan Pentagon belum memberikan komentar.

Kamboja adalah salah satu sekutu terdekat China di Asia Tenggara dan telah menerima miliaran dolar bantuan China serta dukungan politik untuk Hun Sen dalam menghadapi kritik Barat.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya