Berita

post image Pesawat Bombardier CRJ-1000 milik Garuda Indonesia/Net

Hukum

Kantor Anti-Korupsi Inggris Selidiki Dugaan Penyuapan Pembelian Pesawat Bombardier Oleh Garuda Indonesia

JUMAT, 06 NOVEMBER 2020 | 10:37 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Maskapai penerbangan pembawa bendera Indonesia, Garuda Indonesia tengah menghadapi proses penyelidikan atas dugaan suap dan korupsi terkait kontrak pesawat Bombardier.

Kantor Kejahatan/Kriminalitas Khusus (SFO) Kerjaan Inggris mengumumkan pihaknya telah memulai penyelidikan kasus tersebut, seperti dimuat Aerotime pada Kamis (5/11).

"Karena ini adalah investigasi langsung, SFO tidak dapat memberikan komentar lebih lanjut," demikian tambahan pernyataan singkat kantor tersebut.

Garuda diketahui mendapatkan kesepakatan untuk memperoleh 18 pesawat Bombardier CRJ-1000 pada Februari 2012, selama Singapore Airshow. Kesepakatan pembelian tersebut bernilai 1,32 miliar dolar AS.

Dalam kontrak, Garuda sepakat untuk menerima enam unit CRJ-1000 dengan 12 lainnya menyusul.

Pengiriman pertama jet buatan Kanada itu dilakukan pada Oktober 2012, sementara pengiriman terakhir pada Desember 2015.

"Keunggulan pesawat Bombardier CRJ-1000 NextGen ekonomis, bahan bakar hemat luar biasa, dan kenyamanan penumpang sangat baik. Idealnya memenuhi persyaratan kami untuk pesawat berkursi 100 dalam melayani pasar domestik dan lima hub regional," kata CEO Garuda Indonesia saat itu, Emirsyah Satar pada Februari 2012.

Tahun ini, Mei 2020, Satar masuk jeruji besi karena tuduhan suap dan pencucian uang terkait pembelian pesawat Airbus dan mesin dari Rolls-Royce. Selain hukuman delapan tahun, mantan eksekutif itu juga didenda Rp 2 juta.

Berdasarkan hasil laporan keuangan Kuartal III 2020 milik Bombardier yang diterbitkan pada Kamis, perusahaan mengatakan pihaknya telah telah melakukan penyelidikan internal dan tidak ada di antara pejabatnya yang terlibat dalam dugaan korupsi oleh Garuda.

"Korporasi telah bertemu dengan SFO untuk membahas status tinjauan internal Korporasi dan potensi bantuannya dengan investigasi SFO secara sukarela," tambah Bombardier terkait masalah tersebut.

Sementara itu pada Mei 2020, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan perusahaan memutuskan untuk mengembalikan seluruh pesawat CRJ-1000 karena tidak diterbangkan sementara biaya perawatan yang harus ditanggung mahal.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya