Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Suluh

Separuh Lebih Rakyat Sudah Puas, Reshuffle Batal Maning?

KAMIS, 05 NOVEMBER 2020 | 17:10 WIB | OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO

Survei dari Indo Barometer seolah menjadi pertanda Presiden Joko Widodo batal menunaikan ancamannya kepada para menteri. Tepatnya, ancaman untuk mengganti menteri yang tidak berkerja dengan baik di masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan survei Indo Barometer, sebanyak 50,6 persen publik merasakan puas dengan penanganan masalah wabah virus corona yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin. Sementara yang merasa tidak puas sebesar 47,5 persen dan yang tidak tahu atau tidak menjawab 1,9 persen.

Dari mereka yang merasa puas, sebanyak 21,3 persen menilai penanganan Covid-19 sudah cepat tanggap. Sebanyak 16,5 persen dari mereka juga merasa pemerintah sudah melakukan imbauan pencegahan 3M dengan baik. Kemudian penanganan PSBB sudah cukup baik (14,5 persen), dan beragam bantuan sosial dari pusat (12 persen).

Setidaknya catatan bahwa rakyat sudah mulai puas sudah cukup menjadi alasan Presiden Joko Widodo untuk tidak melakukan reshuffle.

Sekalipun masih terngiang dalam ingatan publik bagaimana Presiden Joko Widodo marah besar di hadapan para menteri dalam Sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020, yang disajikan dalam akun YouTube 10 hari kemudian.  

Kemarahan ditujukan kepada para menteri yang masih bersantai menangani pandemi Covid-19. Menteri-menteri seolah tidak memiliki sense of crisis. Jokowi gamblang mengaku jengkel dan mengancam akan merombak menteri yang tidak segera melakukan langkah-langkah ekstra ordinari.

Kemarahannya berlanjut di awal Agustus. Aura krisis para menteri yang  belum terlihat menjadi dasar kemarahan mantan walikota Solo itu. Serapan anggaran corona yang masih minim menjadi patokan Jokowi memberi penilaian.

Dia bahkan menyebut nama kementerian yang sangat minim dalam menyerap anggaran sehingga membuat penanganan corona belum maksimal.

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo juga marah kepada para pembantunya. Kali ini gara-gara gaya komunikasi yang buruk dalam mensosialisasikan omnibus law UU Cipta Kerja. Di mana imbasnya terjadi gelombang aksi dari buruh dan mahasiswa di sejumlah kota di tanah air.

Kemarahan itu sebagaimana disampaikan langsung Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko. Mantan panglima TNI ini juga menyebut bahwa teguran Jokowi ditujukan kepada semua menteri tanpa terkecuali.

Hasil survei Indo Barometer memang bisa membuat Jokowi batal maning merealisasikan ancaman. Namun demikian, Jokowi harus melihat hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2020 sebesar minus (-) 3,49 persen. Itu artinya Indonesia resmi menyandang status resesi akibat pada triwulan sebelumnya juga minus sebesar (-) 5,32 persen.

Status ini berpeluang membuat turunnya pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan. Mereka berpotensi menjadi orang miskin baru.

Ada potensi gelombang PHK yang membuat desa menjadi tempat migrasi para pengangguran. Sementara angkatan kerja baru makin sulit bersaing karena lowongan kerja menurun.

Parahnya, potensi konflik sosial di masyarakat bisa meningkat karena ketimpangan semakin lebar.

Untuk itu, Presiden Jokowi harus tetap merealisasikan ancamannya. Jokowi harus berkaca dari data BPS tersebut dan mengganti menteri yang mengelola keuangan negeri ini.

Jokowi harus menjadikan fakta lapangan sebagai bahan pertimbangan dan jangan sampai terbius pencitraan para menteri, termasuk para menteri yang menyandang predikat terbaik dunia.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya