Berita

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus/Net

Dunia

WHO: Nasionalisme Vaksin Memperpanjang Pandemi

SENIN, 26 OKTOBER 2020 | 12:57 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan solidaritas global untuk pengadaan vaksin Covid-19.

Berbicara dalam pembukaan KTT Kesehatan Dunia di Berlin pada Minggu (25/10), Tedros mengatakan, satu-satunya cara untuk keluar dari pandemi adalah dengan bekerja bersama serta memastikan negara-negara miskin memiliki akses yang adil terhadap vaksin Covid-19.

"Wajar jika negara ingin melindungi warganya sendiri terlebih dahulu, tetapi jika dan ketika kita memiliki vaksin yang efektif, kita juga harus menggunakannya secara efektif," ujar Tedros, seperti dikutip Reuters.

"Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memvaksinasi beberapa orang di semua negara daripada semua orang di beberapa negara," sambung dia.

"Biar saya perjelas, nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendeknya," imbuhnya.

Saat ini, ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin melawan virus corona yang sudah menewaskan lebih dari 1,1 juta orang.

Beberapa lusin kandidat vaksin saat ini sedang diuji dalam uji klinis, sepuluh di antaranya berada dalam tahap fase 3 atau paling maju yang melibatkan puluhan ribu sukarelawan.

Negara-negara maju, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan banyak negara lain telah memesan dalam jumlah besar dengan perusahaan yang terlibat dalam pengembangan vaksin yang paling menjanjikan.

Tetapi kekhawatiran muncul ketika negara-negara dengan dompet yang lebih kecil dapat ditinggalkan di belakang antrean.

WHO telah meluncurkan skema internasional yang dikenal sebagai Covax untuk membantu memastikan akses yang adil ke jab, tetapi telah berjuang untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.

Di sisi lain, peningkatan kasus baru Covid-19 setiap harinya membuat para pakar semakin khawatir,

Pada Minggu, WHO melaporkan rekor infeksi baru di hari ketiga berturut-turut di seluruh dunia.

"Ini adalah momen berbahaya bagi banyak negara di belahan bumi utara karena kasus meningkat tajam," kata Tedros.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya