Berita

Sudan-Israel/Net

Muhammad Najib

Sudan-Israel, Perdamaian Setengah Hati

SABTU, 24 OKTOBER 2020 | 14:33 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

SETUMPUK masalah yang ditinggalkan oleh rezim otoriter Gendral Omar Basyir yang digulingkan oleh gerakkan sipil pro-demokrasi tahun lalu, membuat pemerintahan transisi yang mengambil alih kekuasaan di Sudan harus bekerja ekstra keras dan kreatif.

Pemberontakan di dalam negri yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat baik yang berbasis kedaerahan maupun ideologi tertentu, ekonomi yang terpuruk, hutang negara yang menumpuk, ditambah embargo dari Amerika dan sejumlah negara Barat dengan berbagai tuduhan, mulai pelanggaran HAM sampai dimasukkannua Sudan dalam daftar negara-negara teroris.
 

Pemerintahan transisi yang merupakan gabungan dari  perwakilan kelompok sipil pro-demokrasi dan kelompok militer, dimana posisi Presiden dijabat oleh Genderal Abdullah Fatah al-Burhan, sedangkan Perdana Mentri dijabat oleh Abdalla Hamdok, harus menyelesaikan semua masalah di atas.

Amerika baru akan mencabut embargo yang diterapkan serta mencabut Sudan dari daftar negara teroris, jika pemerintah Sudan mau menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, ditambah dengan membayar sebesar 335 juta dolar AS, sebagai bentuk kompensasi kepada keluarga korban ledaÄ·an bom di Kedutaan Amerika di Kenya dan Tanzania tahun 1998, serta ledakkan kapal USS Cole di lepas pantai Aden tahun 2000.

Amerika menuduh pemerintahan di Khartoum terlibat dan harus bertanggungjawab.  Seberapa besar keterlibatannya dan dalam bentuk apa ? Belum ada penyelidikan independen.

Kini negara Sudan ibarat orang yang akan tenggelam, maka bila ada tali yang dilemparkannya, tentu akan digapainya untuk menyelamatkan diri. Tidak peduli lagi dari mana datangnya tali, dan apa konsekwensinya di kemudian hari.

Sudan yang miskin dan menanggung hutang setumpuk, tentu tidak akan memiliki uang sebanyak yang dituntut Washington untuk membayarnya. Lalu datanglah Saudi Arabia yang menawarkan budi baik untuk melunasinya. Publik belum tahu apa kewajiban Sudan terhadap Saudi Arabia sebagai imbalannya.

Bukan mustahil kesediaan Saudi Arabia untuk membayar kompensasi, telah dibicarakan terlebih dahulu dengan Amerika, mengingat hubungan mesra antara Washington  dan Riyadh, disamping keduanya punya agenda bersama di kawasan Timur Tengah.

Biasanya Israel selalu berada di belakang kursi Washington saat melakukan berbagai perundingan dengan negara-negara Arab. Hal ini terlihat dari delegasi gabungan Israel-Amerika yang kini berada di Khartoum dan melakukan pembicaraan dengan Gendral Al Burhan.

Presiden Amerika Donald Trump secara resmi pada  Jum'at  (23/10/2020), mengumumkan bahwa Israel dan Sudan telah setuju melakukan normalisasi hubungan diplomatik. Meskipun normalisasi akan dilakukan secara bertahap, karena itu berbeda dengan apa yang telah dilakukan oleh UEA dan Bahrain.

Langkah awal kesepakatan akan dimulai dari kerjasama ekonomi, pertanian, dan penerbangan. Maskapai Israel sangat berkepentingan untuk bisa melewati wilayah udara Sudan, saat harus menuju negara-negara Afrika yang berada di Selatan atau di Barat Sudan, dan saat menuju Amerika Selatan.

Kesepakatan antara kedua negara ditandai dengan pernyataan resmi pejabat negara lewat daring  tiga pihak, Yakni Amerika, Israel, dan Sudan. Amerika diwakili oleh Presiden Donald Trump, Israel diwakili oleh Perdana Mentri Benjamin Netanyahu, sedangkan Sudan diwakili oleh  Ketua Dewan Transisi  (Presiden) Mayjen Abdel Fattah Al Burhan dan Perdana Mentri Abdalla Hamdok.

Menurut Abdalla Hamdok  pemerintahan transisi tidak punya wewenang untuk melakukan hubungan normalisasi dengan Israel, sampai terbentuknya Parlemen yang mewakili rakyat untuk mendapatkan persetujuan. Konsekwensinya, jika nantinya Parlemen menolak maka proses normalisasi tidak bisa dilanjutkan.

Sementara Presiden Gendral Al Burhan yang sangat pro-aktif melakukan komunikasi politik baik kepada Israel, Amerika, Saudi Arabia, maupun UEA, nampaknya akan terus bekerja untuk mewujudkan proses  normalisasi yang sedang berjalan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kelompok militer sangat bergairah dengan upaya normalisasi hubungan diplomatik antara Sudan-Israel, sementara kelompok sipil pro-demokrasi nampak ogah-ogahan.

Akan sangat menarik bila dicermati bagaimana perkembangan selanjutnya, karena bola kini berada di Parlemen. Sebagai negara demokratis, maka pemilu akan menjadi medan penentu.

Negara-negara pro-demokrasi seperti Qatar dan Turki tentu tidak akan membiarkan berbagai kelompok sipil pro-demokrasi yang berjuang melalui partai politik untuk menguasai parlemen. Dengan demikian pertarungan Saudi Arabia dan UEA mewakili kelompok anti demokrasi melawan Qatar dan Turki sebagai kekuatan pro demokrasi di kawasan Timur Tengah  tidak terhindarkan.

Yang pasti Sudan telah membayar kompensasi kepada Amerika walau dengan kocek Saudi Arabia, maka kapan Amerika akan memberi kompensasi kepada puluhan ribu warga sipil yang meninggal dan cacat sumur hidup akibat perang ilegalnya di Irak.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya