Berita

Politisi PDIP Aria Bjn

Politik

Arya Bima: Demokrasi Saat Ini Bisa Dilihat Dari Berbagai Bentuk

KAMIS, 22 OKTOBER 2020 | 03:38 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

PDI Perjuangan menampik anggapan bahwa pemerintah saat ini telah melakukan tindakan represif atau pembungkaman terhadap pihak-pihak yang kontra terhadap pemerintah.

Politisi PDIP Arya Bima memberi contoh bagaimana Rocky Gerung memcaci presiden namun tidak dijebloskan ke dalam penjara meski telah terbukti salah dalam undang-undang.

“Represif seperti apa ya? Saya lihat jurus demokrasi, di era sekarang ini kan bisa kita lihat dari berbagai bentuk ya. Rocky itu doyannya ngeritik caci maki kepada Jokowi itu di Youtube maupun di ruang publik lewat media itu, kayak gitu tuh coba lihat,” ucap Arya Bima dalam acara Mata Najwa, Rabu malam (21/10).


Pimpinan Komisi VI DPR RI ini menegaskan, demokrasi yang ada di Indonesia sudah kebablasan. Lantaran semua masyarakat melakukan serangan caci maki melalui berbagai media.

“Gini lho maksud saya, era saat ini saya melihat malah interpretasi demokrasi ini sudah sangat luar biasa kebablasandan enggak ngerti, siapapun bisa menginterpretasikan demokrasi itu semau-maunya, gitu lho tanpa melihat kita ini memakai sistem demorkasi untuk apa?” tegasnya.

Menurutnya, periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi ini telah memasuki era di mana berkembangnya industri teknologi yang sangat pesat. Sehingga, kontrol terhadap seluruh platform media massa dirasa sangat sulit lantaran seluruh masyarakat bebas berbicara di ruang publik.

“Jadi yang saya lihat, bahwa di era Pak Jokowi saat ini dalam era ruang publik di isi dengan berbagai teknologi media, baik itu mainstrea,  online maupun medsos ini sesuatu yang tanpa kendali,” katanya.

Arya menambahkan orang kritis justru harus diapresiasi. Namun, jika penyebar hoaks dan hasutan perlu dikendalikan dengan undang-undang yang saat ini ada yaitu UU ITE.

“Jadi, kalau itu kritis di era sekarang ini saya kira itu sesuatu yang harus diapresiasi, bahwa kekuasaan tidak mungkin, tidak harus ada kelompok kritis. Ini untuk check and balance," katanya.

:Tapi harus dibedakan mana itu masalah hoaks dan hasutan. Saya kira apa kita mau kembangkan terus yang namanya hoak dan hasutan ini? Dan itu ada batasannya, dan batasan itu bukan ada di Jokowi, tapi memang UU ITE itu,” tandasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya