Berita

Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKS, Sukamta/Net

Politik

Rencana Permen Kominfo Blokir Media Sosial Mengancam Kebebasan Berekspresi

RABU, 21 OKTOBER 2020 | 15:58 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Rencana peraturan menteri (Permen) oleh Kemenkominfo untuk memblokir media sosial saat massifnya unjuk rasa mahasiswa dan buruh seperti seperti saat ini dinilai sebagai upaya pembungkaman kebebasan berekspresi masyarakat.

“Saya kira akan muncul dugaan rencana Menkominfo keluarkan Permen pemblokiran media sosial, ini merupakan reaksi atas banyaknya suara kritis masyarakat terhadap pemerintah yang alami masalah dalam komunikasi," kata anggota Komisi I DPR asal Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Sukamta, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (21/10).

Tak hanya itu, lanjut Sukamta, dirinya meyakini latar belakang dibentuknya Permen tersebut akibat beragamnya opini publik terkait pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja.

"Pemerintah kan punya kuasa untuk menyatakan yang hoaks dan bukan seperti pernyataan Pak Menkominfo beberapa waktu lalu," kritiknya.

"Tentu ini akan menimbulkan kekhawatiran jika kebijakan pemblokiran ini dilakukan dengan pertimbangan yang subjektif. Ini akan membahayakan kebebasan berekspresi," imbuhnya.

Pada dasarnya, ia sepakat dengan pemblokiran media sosial yang menyebarkan fitnah, hoaks, pornografi, tindakan kekerasan dan hal negatif lainnya. Namun, pemblokiran tersebut juga harus disertai dengan edukasi secara masif ke masyarakat.

"Pendekatan pemerintah saat ini terlihat ramai di penegakan hukum. Penegakan hukum ini hanya bagian hilir, ini pun kadang terkesan tebang pilih. UU ITE lebih dikenal sebagai UU untuk memidana masyarakat dan tokoh yang kritis dan berseberangan dengan pemerintah," sambungnya.

Lebih lanjut, Sukamta mengingatkan ada satu tugas Kominfo yang selama ini dilupakan. Selama ini, peran komunikasi seperti tidak serius dilakukan karena lebih banyak pada sisi informatika semata.

"Padahal peran komunikasi sangat penting sebagai jembatan antara pemerintah kepada rakyat. Masyarakat selama ini dibingungkan dengan pernyataan para pejabat pemerintah yang tidak konsisten dan berpotensi memunculkan respons bersifat spekulasi, " demikian Sukamta.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya