Berita

Herman Batin Mangku/Istimewa

Publika

Belum Lurus Kencing

RABU, 14 OKTOBER 2020 | 15:44 WIB

PASCA disahkannya omnibus law UU Cipta Kerja, saya sering tekanjat (kaget) menyimak reaksi generasi melenial. Mereka yang katanya generasi cuek korban gadget ternyata bangkit kompak meninju ketidakadilan.

Ribuan mahasiswa seluruh penjuru Lampung tak peduli dengan pandemi Covid-19, larangan orangtua, dan Tim Gugus Tugas. Mereka berkerumun, ribuan, seakan UU Omnibus Law lebih berbahaya dari wabah virus corona.

Pelajar SMK, STM, SMA yang masih dalam masa pembelajaran daring (online) sejak tujuh bulan lalu spontan memakai seragam putih-birunya bergabung dengan kakak-kakak mahasiswanya.


Aksi hari pertama, Rabu (7/10), di DPRD Lampung, mereka merasa dicuekin para wakil rakyat. Para politikus tak bergeming dari kursi empuk berpendingin di ruangan-ruangan mereka. Ujungnya: chaos.

Gelombang aksi terus bergulir setiap hari dari mahasiswa, masyarakat, dan buruh. Ada yang bikin kaget lagi, saat baru menuju aksi buruh di Tugu Gajah, Kamis (8/10), para mahasiswa sudah dibubarkan kepolisian di tengah jalan.

Selasa (13/10), HMI Bandarlampung hanya dapat empat tanda tangan dari 85 anggota DPRD Lampung yang setuju pembatalan UU Omnibus Law. Ada 8 wakil rakyat yang sudah mundur karena "tergoda" Pilkada Serentak 2020.

Sorenya, PMII Provinsi Lampung menyusul aksi ke DPRD Lampung. Para anak muda itu bersikeras ingin berdialog dan menuntut sikap wakil rakyat agar prorakyat. Sekitar pukul 20.00 WIB, mereka baru bisa dilayani empat legislator yang terhormat.

Mungkin ini gambaran puncak sikap wakil rakyat terhadap aksi mahasiswa menolak UU Omnibus Law sekaligus menguak jurang generasi '98 yang gemilang dengan aksi reformasinya dengan generasi melenial '20 yang tengah aksi tolak "UU Sapu Jagat".

Saat dialog tersebut, seorang wakil rakyat, Ketua Komisi I Yozi Rizal yang pernah juga turun ke jalan saat masih mahasiswa, mengatakan kepada para aktivis PMII: "Mungkin Anda belum lurus kencing, saya sudah melakoni apa yang Anda lakukan."

Para aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lampung tekanjat. Mereka tak terima ucapan bernada meremehkan terhadap diri mereka yang tengah berjuang melawan keinginan keras kekuasaan. Para mahasiswa merasa dilecehkan seorang wakil rakyat.

Dialog dead lock, bubar, aktivis PMII memilih langsung melaporkan politikus yang bukan "kaleng-kaleng" itu ke Polda Lampung malam itu juga. Politikus senior yang sudah banyak makan asam-garam parlemen jalanan dan membela ketidakadilan.

Yozi Rizal pernah bergabung dalam Tegar (embrio LBH Rakyat/YLBHR), Komite Advokasi Gerakan Rakyat, Tim Advokasi Korban Tragedi UBL Berdarah 28 September 1999, PRD, ormas pemuda, Gerakan Pemuda Kerakyatan/GPK, dan LBHR.

Memang tak bisa mewakili seluruh pandangan wakil rakyat, kata-kata yang masih kontroversial tersebut setidaknya memberikan gambaran apa yang ada di benak seorang wakil rakyat terhadap anak muda yang sedang aksi membela rakyat, kaum buruh, saat ini.

Para mahasiswa, apalagi pelajar jika ditanya detail klaster-klaster omnibus law yang menjadi keberatannya tak semuanya bisa menjelaskan cespleng. Jangankan mereka, para wakil rakyat saja belum tentu semuanya paham. Wong, drafnya saja masih "kucing-kucingan".

Namun, para mahasiswa, apalagi pelajar dari setiap. Zamannya, selalu masih memiliki hati bersih. Pelajaran berbagai konseptual bernegara yang mereka peroleh belum terkontaminasi oleh kepentingan pribadi, kelompok, partai, apalagi para komprador.

Mereka benteng terakhir kedaulatan dari generasi ke generasi, masa ke masa seperti kalimat pepatah ini: "Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya".

Barangkali, dengan segudang jam terbangnya sebagai aktivis dan puncaknya sebagai legislator sekian periode, kencingnya sang wakil rakyat kini sudah lurus, setidaknya menurut pendapat Yozi Rizal.

Bagaimana dengan wakil rakyat yang lainnya? Apa kencingnya sudah bisa lepas tangan?

People do not care how much you know until they know how much you care / Orang tidak peduli seberapa banyak Anda tahu sampai mereka tahu seberapa besar Anda peduli (John C. Maxwell).

Herman Batin Mangku

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya