Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Kemenangan Biden Bisa Jadi Berita Buruk bagi Obligasi Thailand dan Indonesia

JUMAT, 02 OKTOBER 2020 | 12:15 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Beberapa analis mengungkapkan jika Joe Biden memenangkan pemilihan yang berlangsung bulan depan, kemungkinan dapat mendongkrak imbal hasil Treasury. Di Asia Tenggara, hal itu mungkin menjadi berita buruk bagi pemegang obligasi Thailand dan Indonesia

Sebelumnya, investor di pasar Treasury menunjukkan tanda-tanda kegelisahan pada Selasa menjelang detik-detik debat putaran pertama antara Donald Trump dan Joe Biden.

Debat kepresidenan hari Selasa antara Presiden Trump dan saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden dipandang oleh beberapa analis sebagai hal penting untuk tingkat ketidakpastian dalam prospek pertumbuhan dan inflasi.

“Pandemi telah membantu menciptakan keadaan historis yang menantang untuk pemilu, termasuk lompatan dalam pemungutan suara yang dapat mempersulit penghitungan suara, menunda hasil dan memicu tantangan hukum,” tulis Mike Pyle, kepala strategi investasi global di BlackRock Investment Institute, di sebuah catatan, seperti dikutip dari WSJ, Kamis (1/10).

“Kami melihat risiko material dari pemilihan yang diperebutkan atau hasil yang tertunda. Hari Pemilu bisa berubah menjadi berminggu-minggu atau berbulan-bulan.”

Sebuah studi yang dilakukan Bloomberg dari enam pasar utang Asia yang sedang berkembang menunjukkan bahwa Thaland dan Indonesia termasuk yang paling rentan terhadap pergerakan imbal hasil pada ekonomi terbesar dunia, peringkat keduanya hanya di belakang Korea Selatan sebagai yang paling responsif.

Alasan utama di balik meningkatnya sensitivitas obligasi Korea Selatan dan Thailand adalah ketergantungan negara yang relatif tinggi pada perdagangan, rekening modal terbuka, dan selisih imbal hasil yang sempit atas Treasury.

Sapuan bersih Demokrat dari Kepresidenan dan kedua majelis Kongres dapat mengguncang imbal hasil 10-tahun Departemen Keuangan AS lebih tinggi 30 hingga 40 basis poin selama bulan berikutnya, menurut Goldman Sachs Group Inc. dalam sebuah catatan penelitian pekan lalu. Itu akan mencerminkan kemungkinan pengeluaran federal yang jauh lebih tinggi, kata bank tersebut.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya