Berita

Migran Honduras yang mencoba menyeberang ke Amerika Serikat/Net

Dunia

Jelang Pilpres, Amerika Serikat Diserbu Ribuan Migran Honduras

JUMAT, 02 OKTOBER 2020 | 08:03 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ribuan pengungsi yang sebagian besar berasal dari migran Honduras, yang menuju Amerika Serikat, berbondong-bondong melintasi perbatasan Guatemala pada Kamis (1/10). Itu terjadi hanya beberapa minggu jelang gelaran pemilihan presiden Amerika di mana imigrasi menjadi masalah utama negara itu.

Dengan membawa ransel dan kantong plastik, para migran melewati dua barisan tentara Guatemala di perbatasan Entre Rios dan melanjutkan ke utara, menentang risiko dan batasan yang terkait dengan pandemi virus corona.

Pejabat Institut Migrasi Guatemala mengatakan sekitar tiga ribu orang telah melintasi perbatasan tanpa menyerahkan tes Covid-19, yang diwajibkan bagi orang asing yang memasuki negara itu.

Banyak yang tidak memakai masker untuk melawan penyebaran infeksi. Pandemi bukan hal paling penting bagi mereka saat ini.

"Kami tidak memikirkan pandemik, itu hal terakhir yang kami pikirkan," kata Jefrey Amaya, 20 tahun, salah satu anggota dari sekelompok anak muda dari El Negrito, di Departemen Yoro, Honduras, seperti dikutip dari AFP, Jumat (2/10).

Amaya mengatakan dia bergabung dengan karavan setelah melihat pesan di media sosial.

Tentara membagikan air kepada para migran yang lewat, beberapa di antaranya memuji pasukan karena mengizinkan mereka lewat.

Lusinan migran menumpang di bagian belakang truk bak terbuka besar saat mereka menuju Meksiko.

Dalam beberapa tahun terakhir, ribuan migran Amerika Tengah yang bepergian dalam kelompok besar telah menyeberang ke Meksiko, dengan tujuan mencapai perbatasan AS.

Karavan itu menuju utara hanya sebulan sebelum pemilihan presiden AS, di mana Presiden Donald Trump -yang garis kerasnya terhadap migran adalah papan utama platform kebijakannya- sedang mengupayakan masa jabatan kedua.

Trump memberikan ancamannya kepada Meksiko dengan tarif AS yang tinggi jika tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan gelombang migran yang tidak berdokumen. Sebagai tanggapan, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador sejak itu mengerahkan sekitar 26 ribu tentara ke perbatasan.

Pemerintahan Trump pada Kamis (1/10) mengumumkan AS akan menerima rekor terendah 15 ribu pengungsi di tahun mendatang.

Saingannya dari Partai Demokrat dalam pemilihan 3 November mendatang, Joe Biden, telah berjanji untuk menaikkan batas pengungsi menjadi 125 ribu, dengan mengatakan bahwa menyambut yang teraniaya sejalan dengan nilai-nilai AS.

Kafilah migran terbaru berangkat pada Rabu (30/9) malam waktu setempat dari kota kedua di Honduras, San Pedro Sula.

Pejabat Palang Merah Honduras mengatakan 1.200 orang pergi dalam kelompok pertama, bergabung beberapa jam kemudian oleh sekitar 2.000 lainnya, berjalan ke utara menuju perbatasan Guatemala.

Guatemala membuka perbatasannya minggu lalu setelah penutupan enam bulan untuk mencegah penyebaran virus corona, yang telah melanda negara-negara Amerika Tengah dengan keras.

Beberapa migran mengatakan mereka mengenali risiko tertular virus corona saat dalam perjalanan, tetapi siap mengambil risiko untuk melarikan diri dari tingkat kemiskinan dan kekerasan yang tinggi di Honduras.

Monica Toruno (36) telah bergabung dengan karavan dengan putranya yang berusia enam tahun yang terikat kursi roda dan seorang keponakan. Dia berkata bahwa dia terpaksa meninggalkan Honduras karena pengangguran dan kekerasan.

"Saya tidak pernah menyangka akan menundukkan anak saya ini, tetapi saya kehilangan pekerjaan karena virus corona, dan saya takut untuk tetap tinggal," kata Toruno.

"Kami akan mencari impian Amerika, tidak ada yang akan menghentikan kami. Entah kami mati di sini karena Covid-19 atau kami mati kelaparan. Pemerintah tidak melakukan apa pun untuk menciptakan pekerjaan," kata migran lainnya, Miguel Artiga, 27 tahun, kepada AFP.

Sebagian besar migran yang berpindah adalah pria muda. Beberapa wanita dan anak-anak juga terlihat di antara mereka.

Menurut pemerintahan Presiden Honduras, Juan Orlando Hernandez, 31.022 warga Honduras telah dideportasi kembali ke negara asalnya pada pekan lalu, kebanyakan dari mereka berasal dari Meksiko dan Amerika Serikat, dengan sisanya dari Guatemala.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya