Berita

Ilustrasi Kota Tegucigalpa/Net

Histoire

Tegucigalpa, Setelah Mondar-mandir Jadi Ibukota Honduras Kini Jadi Yang Terbesar Dan Terpadat

SELASA, 29 SEPTEMBER 2020 | 05:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sebuah kota modern yang masih memiliki banyak hutan, berulang tahun pada hari ini. Di masa lalu, kota yang berada di negara Honduras ini adalah sebuah wilayah pertambangan yang kemudian dijadikan pemukiman oleh orang-orang Spanyol.

Orang-orang Spanyol mengklaim wilayah ini pada 29 September 1578, dan walikota pertama Tegucigalpa adalah Juan de la Cueva yang menjabat pada tahun 1579.

Hampir 200 tahun kemudian, pada 10 Juni 1762, kota pertambangan ini diberi nama sebagai Real Villa de San Miguel de Tegucigalpa Heredia di bawah pemerintahan Alonso Fernández de Heredia, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Honduras.


Kawasan yang telah diklaim Spanyol itu kemudian berkembang dan menjadi sebuah kota yang ramai. Gereja Dolores (1735), Katedral San Miguel (1765), Casa de la Moneda (1780), dan Tak Bernoda Conception Church (1788) adalah beberapa bangunan penting pertama yang dibangun di wilayah itu, seperti dikutip dari Wikipedia.

Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 terjadi gangguan dalam pemerintahan lokal Tegucigalpa. Tegucigalpa pun berubah menjadi bagian dari Kota Comayagua pada tahun 1791. 

Walikota Narciso Mallol memulai pembangunan jembatan pertama yang menghubungkan kedua sisi Sungai Choluteca, satu sisi Tegucigalpa dan satunya sisi Comayaquela, pada 1817. Empat tahun kemudian, jembatan itu rampung dan menjadi penghubung Tegucigalpa dengan kota tetangganya Comayagüela.

Tegucigalpa secara resmi menjadi sebuah kota pada 1821. Saat kongres pertama tahun 1824, Republik Honduras mendeklarasikan Tegucigalpa dan Comayagua menjadi dua kota terpenting di negara itu, yaitu sebagai ibu kota negara secara bergantian.

Ketika Honduras merdeka sebagai republik tunggal pada Oktober 1838, ibu kota terus berpindah-pindah antara Tegucigalpa dan Comayagua. Hal itu terus berlangsung sampai 30 Oktober 1880.

Tegucigalpa kemudian disahkan menjadi ibu kota negara permanen di bawah pemerintahan Presiden Marco Aurelio Soto.

Banyak beredar isu bahwa penetapan itu terjadi karena masyarakat Comayagua tidak menyukai istri Presiden Soto. Sehingga Soto membalas dendam dengan memindahkan ibu kota ke Tegucigalpa.

Namun, beberapa bantahan menyebutkan, penetapan itu dilakukan karena Presiden Soto adalah mitra penting dari Rosario Mining Company, sebuah perusahaan pertambangan perak Amerika yang operasionalnya berbasis di San Juancito, dekat Tegucigalpa. Sehingga dia harus dekat untuk kepentingan pribadinya itu.

Tegucigalpa yang terletak di wilayah dataran tinggi selatan-tengah dan dikelilingi oleh pegunungan, terus berkembang. Antara tahun 1930-an dan 1960-an, Tegucigalpa mencapai populasi lebih dari 250.000 orang.

Walaupun kini telah menjadi kota yang ramai, hutan-hutan terbuka masih cukup banyak di sini berisi pohon-pohon pinus yang diselingi dengan pohon ek, semak belukar, cemara, dan pohon gugur berdaun lebar. 

Tegucigalpa sekarang telah menjadi kota terbesar dan terpadat di Honduras serta pusat politik dan administrasi negara. Tegucigalpa menampung 25 kedutaan asing dan 16 konsulat. Pangkalan dari beberapa entitas milik negara seperti ENEE dan Hondutel, masing-masing perusahaan energi dan telekomunikasi nasional, ada di sini.

Kota ini mengalami pertumbuhan pesat dalam 40 tahun terakhir, dan baru belakangan ini pemerintah mengeluarkan undang-undang tertentu untuk menetapkan peraturan tata kota dan zonasi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya