Berita

Foto: Repro

Nusantara

Lapangan Merdeka Medan, Pohon-Pohon Trembesi Itu Seperti Disuntik Mati

KAMIS, 24 SEPTEMBER 2020 | 00:17 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Lapangan Merdeka di kota Medan, seperti halnya Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada) yang kini menjadi kawasan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, digambarkan sebagai sidik jari kemerdekaan Republik Indonesia.

Perumpamaan itu disampaikan Miduk Hutabarat dari Koalisi Peduli Lapangan Merdeka ketika berbicara dalam diskusi Medan Urban Forum yang digelar khusus membahas tentang nasib titik nol kota Medan itu, Rabu malam (22/9).

Di Lapangan Ikada pada 19 September 1945 Presiden Sukarno menyampaikan pidato singkat di hadapan rakyat dalam rangka memperingati satu bulan kemerdekaan Indonesia. Rapat raksasa berisi kebulatan tekad mempertahankan kemerdekaan itu diselenggarakan berbagai kelompok pemuda sebagai respon atas kehadiran kembali Belanda yang membonceng di belakang Sekutu ke wilayah Indonesia yang baru merdeka.

Sementara di Lapangan Merdeka Medan, pada 6 Oktober 1945 Gubernur Sumatera Muhammad Hasan membacakan kembali naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan mengibarkan bendera merah putih. Upacara ini disambut gegap gempita warga kota.

Ketika itu, Lapangan Merdeka di Medan dikenal sebagai Fukuraido, nama yang dipergunakan pemerintahan kolonial Jepang. Sebelumnya, di era kolonial Belanda, lapangan yang mulai dibangun pada 1872 sampai 1880 itu diberi nama de Esplanade.

Tiga hari setelah naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan Gubenur M. Hasan, Walikota Medan ketika itu, Luat Siregar, mengubah nama Furukaido menjadi Lapangan Merdeka.

Hingga kini Lapangan Merdeka di Medan masih menjadi salah satu pusat keramaian kota. Namun banyak pihak, termasuk Koalisi Peduli Lapangan Merdeka, yang menilai pengelolaan Lapangan Merdeka menyalahi begitu banyak hal mulai dari aturan mengenai tata kota sampai pelanggaran aspek lingkungan.

Pohon-pohon trembesi yang mengelilingi Lapangan Merdeka seperti sengaja dimatikan oleh pembangunan pusat jajanan Merdeka Walk di sisi barat.

"Pohon-pohon trembesi di sekitar Lapangan Merdeka itu seperti disuntik mati. Tanahnya dibeton, sehingga akarnya membusuk, lalu tumbang," ujar Meuthia Fadila Fachruddin, salah seorang peserta diskusi, mengumpamakan.

Diskusi yang dimoderatori intelektual Medan, Shohibul Anshor Siregar, itu juga menghadirkan Kepala Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sumatera Utara Nurdin Lubis dan Eddy Syofian dari Dewan Harian Daerah 45 Sumatera Utara. Kedua organisasi ini juga memiliki concern untuk mengonservasi dan mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka. Pengamat tatakota Marco Kusumawijaya dari Jakarta dan tokoh Medan, Muhammad Joni, yang kini berdomisili di Jakarta juga hadir memberikan sumbang pikiran.

Secara umum kesemua pembicaraan dan peserta diskusi yang diminta ikut berbicara memiliki pandangan senada mengenai Lapangan Merdeka: prihatin.

“Tak dipungkiri kondisi Lapangan Merdeka berakar pada masalah struktural dan kultural yang tak mudah diurai. Ada degradasi serius dalam berbangsa dan bernegara yang sangat memerlukan sikap dan tanggung jawab dari semua pihak, lokal dan nasional,” ujar Shohibul Anshor ketika menutup diskusi yang berlangsung selama tiga jam itu.

Dia mengatakan, sebagaimana telah dilakukan oleh berbagai pihak yang concern selama ini, Medan Urban Forum pun senantiasa mendukung semua usul dan upaya untuk "memerdekakan" lapangan merdeka, apa pun taruhannya.

Shohibul mengingatkan agar fenomena tuna sejarah di negeri ini, terutama dalam kaitannya dengan keberadaan Lapangan Merdeka, tidak berlanjut.

“Lapangan adalah bidang datar yang lapang selapang-lapangnya tanpa gedung-gedung, bangunan dan semisalnya. Lapangan pun tak perlu pagar, kecuali pagar bathin bersama,” sambungnya.

Dia menambahkan, sejatinya Lapangan Merdeka adalah milik rakyat, dan bukan milik pemerintah.

“Sekiranya Indonesia bernasib sial hingga dijajah lagi oleh Portugis atau Belanda atau Jepang atau bahkan dijajah China, maka pemerintahan yang mereka bentukpun tidak berhak mengklaim kepemilikan lapangan merdeka,” ujar Shohibul mengandaikan.

Dia, seperti para pembicara dalam diskusi itu, mengingatkan agar Pemerintah Kota Medan segera menerbitkan keputusan berkekuatan hukum atas status Lapangan Merdeka sebagai cagar budaya.

“Kepada pengusaha yang sekarang menikmati kemakmuran di atas keanggunan Lapangan Merdeka itu, Medan Urban Forum memesankan agar kita sama-sama membangun jiwa dan raga bangsa,” demikian Shohibul Anshor Siregar.

Populer

Permainan Jokowi Terbaca Prabowo dan Megawati

Selasa, 25 Februari 2025 | 18:01

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Mengapa KPK Keukeuh Tidak Mau Usut Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi?

Selasa, 25 Februari 2025 | 08:02

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

UPDATE

Irwasum Polri Pimpin Panen Jagung Serentak di Madiun

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:40

Alex Indra Minta Pemerintah Jamin Stabilitas Harga Pangan di Ramadan dan Lebaran

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:37

Pemerintah dan Pertamina Jamin Stok Elpiji Aman Jelang Lebaran

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:34

Cak Imin Ceramahi Mendes Yandri: Hati-Hati jadi Pejabat

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:24

Kelompok Ini Berhak Dapat Layanan Transportasi Gratis di Jakarta

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:23

Satgas Damai Cartenz Buru Enam Napi Lapas Wamena yang Kabur

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:08

Cagub Papua Mathius Fakhiri: Keadilan Akhirnya Datang Juga

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:07

PKS Siapkan Berbagai Program Sosial Selama Ramadan

Rabu, 26 Februari 2025 | 18:47

KWI Anugerahi Penghargaan Tujuh Organisasi Lintas Iman

Rabu, 26 Februari 2025 | 18:45

DPR Ditagih Selesaikan RUU Pemilu

Rabu, 26 Februari 2025 | 18:45

Selengkapnya