Berita

IFRC sebut pandemi Covid-19 memicu diskriminasi di antara orang-orang Asia/Net

Dunia

Pandemi Covid-19 Picu Diskriminasi Terhadap Kelompok Tertentu Di Asia

KAMIS, 17 SEPTEMBER 2020 | 13:56 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit (IFRC) memperingatkan, pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini telah memicu persoalan sosial, yaitu diskriminasi terhadap suatu komunitas tertentu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh IFRC mengungkap, pandemi virus corona baru telah mendorong diskriminasi terhadap komunitas yang rentan di Asia, termasuk migran dan orang asing.

Hasil survei yang dilakukan pada 5.000 orang di Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Pakistan menunjukkan, sekitar setengahnya menyalahkan kelompok tertentu karena menyebarkan virus corona.

Kelompok yang banyak disalahkan adalah orang China, imigran, dan orang asing.

“Hal ini mengkhawatirkan, baik pekerja migran nasional maupun pekerja asing disalahkan atas penyebaran Covid-19 karena mereka sudah cukup rentan,” papar salah satu peneliti utama dari IFRC untuk Asia Pasifik, Dr Viviane Fluck, kepada Reuters.

Di Indonesia, lebih dari separuh orang yang disurvei menyalahkan orang asing dan pelanggar aturan.

Sementara di Myanmar, kelompok yang paling sering dianggap bertanggung jawab adalah mereka yang datang dari China serta orang asing lainnya.

Sebanyak dua pertiga orang Malaysia yang disurvei menyalahkan kelompok tertentu, di antaranya adalah migran, turis asing, dan migran ilegal.

Pada Mei, pihak berwenang Malaysia menangkap ratusan migran dan pengungsi tanpa dokumen sebagai bagian dari pemberlakukan Movement Control Order (MCO).

Di Pakistan, kebanyakan orang yang disurvei menyalahkan kontrol pemerintah yang tidak memadai di perbatasan dengan Iran, diikuti oleh warga negara termasuk peziarah yang kembali dari Iran dan kemudian orang-orang dari China.

PBB mengatakan, menyalahkan satu kelompok tertentu atas pandemi Covid-19 dapat merusak langkah-langkah mitigasi. Pasalnya, kelompok rentan tersebut menjadi sulit mendapatkan pengobatan.

Fluck sendiri mengatakan, untuk mencegah aksi diskriminasi, semua pihak harus dokus memerangi rumor terkait dengan dinamika kekuasaan yang mendasari dan masalah struktural ketimpangan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya