Berita

AS, UEA, Bahrain, dan Israel dalam penandatanganan perjanjian normalisasi/Net

Dunia

Kesepakatan Di Gedung Putih: Sudah Waktunya Negara-Negara Arab Bergerak Tinggalkan Masa Lalu

KAMIS, 17 SEPTEMBER 2020 | 06:53 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Upacara pengukuhan kerjasama diplomatik dua negara Arab dengan Israel telah berlalu kemarin. Namun, momen peristiwa yang disebut Donald Trump sebagai ‘Fajar Timur Tengah Baru’ akan tetap melekat dalam sejarah bersamaan dengan hasil-hasil pencapaiannya ke depan.

Israel telah lama memimpikan peristiwa ini.  Israel menginginkan penerimaan, setelah puluhan tahun lamanya hanya dikecam. Negara-negara barat juga ingin melihat kedamaian antara Israel dan negara-negara Teluk.

Mereka yang tidak menyukai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump mungkin bisa ikut bertepuk tangan untuk kesepakatan ini, karena mau tidak mau harus mengakui mereka adalah pengubah permainan Timur Tengah, terlepas dari siapa yang akan mendapatkan atau mengambil pujian karena mewujudkannya.

Dua sosok ini adalah di antara yang mengantar periode baru ketika Timur Tengah tidak lagi terbelenggu oleh tragedi masa lalu, tetapi mencari cara yang kreatif dan konstruktif untuk bergerak ke masa depan.

Jared Kushner, penasihat senior presiden AS, yang juga sangat pantas mendapatkan banyak pujian untuk kesepakatan mengatakan,  "Daripada berfokus pada konflik masa lalu, orang sekarang mestinya fokus pada menciptakan masa depan yang cerah yang dipenuhi dengan kemungkinan yang tak terbatas," katanya, seperti dikutip dari Jerusalem Post.

“Seseorang bisa memutuskan apakah tetap berada di masa lalu atau melanjutkan langah menuju masa depan. Dan Palestina dilumpuhkan oleh masa lalu,” tulis Jerusalem Post.

Pada acara Selasa, para pemimpin mengatakan tekad mereka bahwa sekarang saatnya untuk bergerak maju. Ini tidak berarti perselisihan dan bentrokan masa lalu dilupakan atau dihilangkan, hanya saja mereka tidak akan diizinkan untuk menyandera masa depan selamanya.

Dalam editorialnya, Jerusalem Post menguraikan bahwa kesepakatan yang ditandatangani pada Selasa di Gedung Putih, tidak menyelesaikan semua masalah strategis Israel. Iran tetap menjadi ancaman, Gaza menjadi tragedi kemanusiaan, dan masalah-masalah Palestina terus terpendam dan membusuk.
Tetapi, perjanjian itu adalah cara untuk memisahkan masalah Palestina dan berpikir secara berbeda dan kreatif.

Sejak jaman dulu hingga Selasa kemarin, dunia dibelenggu pada paradigma perdamaian Timur Tengah yang tidak akan tercapai sama sekali selama seperempat abad terakhir.

Kesepakatan itu telah memperlihatkan bahwa selalu ada kemungkinan untuk bisa memiliki sesuatu dengan dunia Arab walau sulit mewujudkan perdamaian penuh dengan Palestina.

Negara-negara Arab sudah waktunya mendorong orang-orang Palestina untuk lebih fleksibel. Israel saat ini merasa cukup aman untuk mengambil risiko yang sampai sekarang dianggap terlalu berisiko.

Upaya perdamaian Israel-Palestina selalu menemui kegagalan, karena tidak ada kesepakatan yang disepakati.

Alih-alih bergerak maju, jika memungkinkan, hal yang dilakukan malah mencegah gerakan apa pun.

Pemikiran ini juga mendominasi pendekatan normalisasi antara Israel dan dunia Arab. Normalisasi tidak mungkin terjadi sampai ada perdamaian penuh dengan Palestina. Nah, karena ternyata perdamaian itu dianggap mustahil, maka tidak pernah terjadi yang namanya normalisasi -yang akhirnya berdampak buruk bagi semua orang.

Lebih dari 40 tahun setelah perjanjian perdamaian Mesir-Israel, hanya mereka yang memakai penutup mata ideologis yang akan mengatakan bahwa perjanjian Camp David tidak membawa manfaat besar bagi Israel, Mesir, dan wilayah tersebut, meskipun mereka tidak menyelesaikan masalah Palestina.

Hal itu akan berlaku juga saat ini jika mereka dibutakan oleh ideologi bahwa perjanjian yang ditandatangani pada hari Selasa memberi efek buruk.

Tidak ada kesepakatan yang sempurna, demikian juga kesepakatan pada Selasa di gedung Putih. Namun, setidaknya kesepakatan itu bisa memecahkan beberapa masalah dan membuka jalan untuk bergerak maju.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya